Baru-baru ini, media sosial digemparkan dengan kisah Sadari Zega, seorang alumni Universitas Nias (Unias) yang mengaku ijazahnya ditahan oleh pihak kampus. Zega menuding bahwa ijazahnya ditahan karena ia pernah mengkritik kampus di media sosial.
Kasus ini bagaikan bom waktu yang meledak, memicu berbagai reaksi dan pertanyaan. Di satu sisi, publik geram dengan tindakan represif kampus yang dinilai mencederai hak asasi mahasiswa. Di sisi lain, muncul pertanyaan tentang batas kewenangan kampus dan bagaimana seharusnya kritik mahasiswa direspon.
Pelanggaran Hak Asasi dan Kebebasan Berekspresi?
Penahanan ijazah Sadari Zega mengundang kecaman dari berbagai pihak. Tindakan ini dikecam karena dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia, khususnya hak atas kebebasan berekspresi. Ijazah merupakan hak yang telah diperoleh mahasiswa setelah menyelesaikan studinya dengan penuh perjuangan.
Menahan ijazah atas dasar kritik, bagaimanapun bentuknya, jelas bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi dan kebebasan akademik yang seharusnya dijunjung tinggi oleh institusi pendidikan tinggi seperti Unias. Kampus seharusnya menjadi ruang aman bagi mahasiswa untuk belajar, berkembang, dan menyampaikan pendapatnya, termasuk kritik terhadap institusi itu sendiri.
Mencari Motif di Balik Penahanan Ijazah
Alasan penahanan ijazah Sadari Zega masih simpang siur. Pihak Unias berdalih bahwa penahanan dilakukan karena Zega belum menyelesaikan kewajibannya, namun Zega membantahnya dan menyatakan telah menyelesaikan semua kewajibannya.
Publik pun bertanya-tanya, benarkah kritikan Zega di media sosial menjadi alasan utama penahanan ijazah? Ataukah ada motif lain yang disembunyikan? Spekulasi bermunculan, mulai dari dendam pribadi pihak kampus terhadap Zega, hingga upaya untuk membungkam suara kritis di lingkungan Unias.
Dampak Negatif bagi Mahasiswa dan Dunia Pendidikan
Terlepas dari motif di baliknya, penahanan ijazah Sadari Zega telah menimbulkan dampak negatif bagi dirinya dan dunia pendidikan secara keseluruhan. Zega mengalami kesulitan untuk melanjutkan pendidikan dan mencari pekerjaan, masa depannya terkatung-katung akibat ijazah yang tak kunjung ia terima.