Kita telah bersama sebagai kekasih, kita memiliki rindu dan cemburu juga rangkaian kata untuk mengatakan perasaan sayang yang kita miliki. Kita memiliki segala jenis kemesraan dan ciuman, karena rembulan tak pernah biarkan kita terlelap saat bersama. Kita memiliki mimpi dan harapan yang nyaris sama yaitu bersama sampai nanti berkelambu bumi. Namun salah satu yang kita tidak punya hanyalah keberdayaan menciptakan ruang dan waktu dimana kita dapat menjadikan apa yang kita miliki sebagai kekasih itu benar-benar nyata.
Kita tak sanggup menuntaskan rindu atau menyelesaikan cemburu tepat waktu, kita juga tidak sanggup mengatakan perasaan sayang yang kita miliki dengan saling menatap mata, kita juga tak bisa mengenggam tangan atau memeluk dengan mesra dan ciuman itu tidak lebih hanyalah sapaan hangat dipagi hari yang dingin.
Tak ada yang sanggup memetaforakan sebuah pertemuan yang sebenarnya, hanya coretan-coretan besar tentang kerinduan pada dinding kamarku, menghantuiku setiap malam bersama kertas-kertas lusuh berisikan kata-kata tak indah yang aku coba rangkai untuk memuji keindahanmu.
Dan kamu kekasihku, kini aku tak lagi mengejar namun menjaga sebuah hati utuh yang kamu berikan padaku, menulis cerpen untuk mencintaimu sudah kau baca sepertinya, aku hanya berharap kau selalu menjadikanku kekasih meski hanya pada malam saat semua terlelap dan mulai sepi dari gaduh gundah perindu yang malas.
Aku masih sama seperti dahulu, menikam malam dengan celoteh panjang kata-kata kerinduan atasmu. Setelah kau disini aku pamrih atas itu, haruskah keindahan sepertimu mempercayakan hatinya segala jenis cela yang ada padaku. Aku sangat mengerti siapa diriku wahai kekasih meski sekuat apapun aku tutupi semuanya akan nampak pada waktunya, karena cinta tidaklah buta hanya saja terkadang tak mampu untuk memahami.
Kemudian sang malam menyapaku, kau masih menyampaikan rindu yang sama, rindu dengan serangkaian bunga yang bermekaran, wangi…
Karena rinduku masi kutitipkan sayang, tak bisa aku sampaikan secara langsung hanya aku titipkan dimana kurasa engkau dapat melihatnya, mendengarnya atau menyentuhnya..
Pada rembulan, ombak, dan angin semua rinduku berserak…
Terimakasih sayang… masih menjadi yang termanis hingga pagi ini, aku tak gundah sungguh, hanya bahagia berlebih yang membuatku bersedih untuk dunia nyata yang aku jalani ini karena aku hanya sanggup menulis cerpen untuk mencintaimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H