Mohon tunggu...
Bani Sabili Zulkarnain
Bani Sabili Zulkarnain Mohon Tunggu... -

#Humanis #Sanguinis #Optimis #Kritis #Logis #Humoris #Pragmatis #Loyalis #Perfeksionis #Nasionalis #Agamis \r\n@smileportable sebuahperjalanan.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menjelma Pahlawan Ala Ibrahim a.s (Episode 1)

13 Mei 2015   08:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:06 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam waktu singkat, aktor utama yang menyebabkan hal itu terjadi, tertangkap. Seseorang melaporkan bahwa hanya Ibrahim yang tidak ikut dalam perburuan, alhasil, Ibrahim pun dihadapkan kepada Namrudz. Ibrahim! Apa benar kau yang melakukannya? Mengapa kau melakukan ini? Ujar Namrudz.

Bukan aku yang melakukannya, Sahut Ibrahim tenang lihatlah, berhala besar itu yang melakukannya. Bukankah sudah jelas bahwa ia yang memegang kapak?

Bodoh! Tukas Namrudz Mana mungkin berhala itu yang melakukannya! Ia hanya patung, tidak bisa melakukan apa-apa!

Siapakah yang bodoh sebenarnya? Kalian sudah tahu bahwa berhala tersebut tidak dapat melakukan apa-apa, tidak mampu memberikan manfaat kepada kalian, bahkan, untuk membela dirinya saja ia tidak bisa, tapi mengapa kalian masih menyembahnya? Adakah Tuhan begitu lemahnya?Jawab Ibrahim mantap.

Jawaban Ibrahim ini membuat seluruh kaumnya terdiam, sebagian dari mereka pada saat itu sebenarnya sudah mulai tersadarkan. Hanya, karena mereka takut terhadap Namrudz, menyebabkan mereka urung tuk beriman. Sedang Namrudz sendiri begitu marahnya terhadap Ibrahim. Ia sangat marah, namun tak mampu menyangkal ucapan Ibrahim. Singkat cerita, Namrudz pun menghukum Ibrahim dengan sebuah hukuman keji dan tidak manusiawi, yakni, membakarnya hidup-hidup dengan api yang sangat besar.

Pelajaran selanjutnya yang bisa kita petik dari Ibrahim a.s sampai di episode diatas adalah, bagaimana seorang Ibrahim sanggup bertahan dengan keyakinannya yang murni, tidak mau ikut-ikutan dengan kaumnya, ia memiliki prinsip kuat dan mendasar. Ia tidak takut bila keyakinannya itu berseberangan dengan kaumnya, selama keyakinan itu ia anggap objektif.

Karenanya, untuk membuktikan keyakinannya bernilai objektif atau tidak, ia secara pribadi melakukan observasi secara langsung lewat kontemplasiatas data-data observasi yang ia dapati. Data dan Fakta yang ia temukan tersebut, menuntun dirinya untuk menarik sebuah kesimpulan bahwa keyakinannya terhadap Tuhan adalah bernilai Objektif, tidak seperti kaumnya yang hanya berlandaskan Subjektifisme mereka semata. Dan Allah menjawabnya, bahkan mengangkatnya sebagai seorang Nabi.

Inilah yang harus dilakukan oleh pemimpin di negeri ini. Ia tidak boleh memiliki standar ganda dalam berkeyakinan. Jangan plin-plan dalam berprinsip. Ikut sana ikut sini, tapi efek yang muncul justru menyengsarakan rakyatnya. Objektifitas harus dikedepankan bila kita berbicara tentang pelayanan publik. Tidak boleh hanya berlandaskan ke-Aku-an dirinya pribadi. Kepastian pemimpin yang seperti itu adalah, kebangkrutan, di dunia dan akhirat kelak.

Juga pelajaran yang sangat apik dicontohkan oleh Ibrahim a.s untuk para pejuang dakwah. Tuk menjawab tantangan permasalahan zaman, yang dibutuhkan adalah ketenangan, disiplin, dan keteraturan strategi dengan step by step yang jitu dan bukan terkesan sporadis. Lihatlah, bagaimana Ibrahim dengan kecerdasan dan kesabarannya sanggup menampar kesadaran Namrudz dan kaumnya, bahwa prinsip ketuhanan mereka adalah salah besar! Bayangkanlah bila engkau dalam posisi Ibrahim, tidak mungkin taktik seperti itu bisa muncul tanpa pertimbangan, analisa, kesabaran, dan ketulusan niatnya yang ingin merubah zaman nan bobrok tersebut.

Perihal akhirnya ia mendapatkan hukuman bakar oleh Namrudz, itu masalah lain. Tapi substansinya adalah, Ibrahim berhasil melepas kekangan kesadaran sebagian besar kaumnya dari penyembahan terhadap berhala-berhala kepada penyembahan terhadap satu Tuhan, yakni Allah S.W.T.

No Pain No Gain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun