Mohon tunggu...
Solitude Mind
Solitude Mind Mohon Tunggu... -

just me

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Angkot, Perkosaan dan Rok mini

18 September 2011   17:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:51 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tercatat Akhir-akhir ini sudah 2 peristiwa perkosaan dan disertai perampokan di angkutan umum,satu korban terbunuh dan satu masih selamat dan bahkan mengenali pelaku dan berhasil membuat polisi menangkapnya.

Adalah yang kemudian terjadi gubernur Jakarta berkomentar tentang cara berpakaian wanita, dengan dilengkapi contoh kasusnya, tercatat di beberapa media komentarnya adalah apabila ada seraong wanita di depan kita duduk di angkot memakai rok mini bisa membuat pria di depan nya gelisah dan apabila yang dibonceng di motor memakai celana ketat dan mini bisa membuat yang di belakang bergoyang, inilah yang kemudian menjadi perhatian para kaum wanita, yang semata-mata tidak bisa dipersalahkan wanita menjadi korban karena memakai rok mini, hal ini merupakan sebuah topik klasik fiminisme versus maskulinisme

Bagaimana dengan saya? saya sebegai seorang pria membawa persoalan ini lebih jauh ke logika, jangan menengok negatif komentar tersebut, karena menurut saya itu masih logis dan mungkin saja beberapa rekan-rekan juga berkata spontan seperti itu, ini menjadi besar karena yang berbicara adalah seorang gubernur

Saya pribadi tidak mempermasalahkan wanita memakai rok mini, hanya saja ini akan tentu membawa resiko, resiko terkecil adalah banyaknya yang ingin mengintip dan sekedar melirik, tak bsia dipungkiri wanita merupakan magnet besar bagi pria, karena sudah memang begitulah diciptakan. Resiko terbesarnya ialah dari mengintip tersebut timbul keinginan maka terjadilah perkosaan

Yang menarik ada beberapa yang mengomentari dengan membawa-bawa agama, bahwa wanita tidak semua harus memakai jilbab, lucunya bagi saya adalah bahwa bapak gubernur ini sama sekali tidak berkata harus berjilbab, ini bila diteruskan di ranah agama maka persoalan nya akan semakin melebar

Bagi saya, apa yang diucapkan bapak gubernur ini tak lebih adalah sebuah manajemen mekanisme perlindungan diri, tentunya bila saya naik bus kota karena pernah punya pengalaman digerayangi kantong saya (untung bukan yang lain) maka dengan otomatis saya mengamankan benda berharga sebelum saya naik bus, nah bukankah sebuah hal logis apabila berangkat dan pulang kantor bagi para kaum wanita menggunakan celana jeans yang tidak ngetat misalnya, memakai pakaian agak tertutup dan tidak seksi, selain melindungi diri dari pemerkosaan juga intipan, hal ini juga melindungi diri dari debu dan kotoran...bukankah secara logika ini menguntungkan? setiba di kantor dan di rumah kan bisa berganti rok mini yang memang di kantor menerapkan penggunaannya, saya saja apabila naik motor demi pakaian terlihat rapih saat di kantor atau bertemu klien, saya mempersiapkan dua buah baju,jadi laki-laki pun repot dan ini lebih kembali kepada mekanisme perlindungan diri

Mungkin yang kurang dapat diterima ialah yang biacara adalah gubernur dan cara gaya bicaranya yang sepertinya kurang halus....

Bagi para wanita, ketahuilah kami para lelaki menghargai keindahan wanita, cuman maaf diantara kaum kami ada yang tak dapat menahan diri,jadi tak ada salahnya bukan bila keindahan itu di tutupi, terlebih bagi saya keindahan yang diperlihatkan terus menerus dan sangat mudah untuk dilihat terkesan obral  dan tidak terlihat indah lagi karena semua menjadi biasa....keindahan apabila dirawat dan dilindungi saya yakin tidak akan punah dan lelakipun akan berusaha meraihnya dengan cara yang indah....

Semoga hal ini bisa dipandang dengan logis oleh kaum wanita....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun