Cucuran merah kental membasahi bhumi
Meregang nyawa tak kenal ‘tanpa’
Membusung dada bagai Swa Bhuwana Paksa
Adarma bagi tanah tumpah semesta
Isakan tangis derita nestapa
Dibayar mahal dengan tetesan dan cucuran
Dari perjuangan bambu runcing dalam sejarah
Merah putih berkibar perkasa di udara
Layak mereka menyandang Bintang Kartika Mulia
Untuk setiap gerak langkah
Tetes airmata dan darah
Bagi Bhumi Pertiwi Maha Karya
Hasil perjuangan tiada henti para pahlawan bangsa
Dari pergerakan sumbang daya upaya
Dalam meraih fajar serangan di sudut Yogya
Berteriak lantang gagah perkasa
Dalam semangat juang Maha Putra
Jika ada Garuda di dada
Kebanggaan segenap jiwa
Haruskah lengser berganti rupa
Hanya karena Aksara dalam kitab pidana
Dulu kala,
Hanya satu tujuan utama,
Merdeka !!!
Tanpa berpikir reformasi atau demokrasi
Tanpa melihat Siapa Raja atau Panglima
Abdi atau rakyat jelata
Satu tujuan untuk nusa bangsa
Dalam bhinneka Tunggal Ika
Meraih sang Saka Berkibar di angkasa
Dalam gempita INDONESIA RAYA
Semua kini nampak percuma
Agustus 45 hanya tinggal kenangan bak cinderamata
Mahabarata – Bharata Yudha
Disusupi kurawa dasamuka
Ber devide et impera
Dari Barat sampai ke timur
Dalam pesisir alam Nusantara
Tak ada lagi arti Darah dalam kesucian
Tak ada lagi arti JATAYU Perkasa
Tak ada lagi LIMA PANCA Berperisai Baja
Tak ada lagi ragam dalam Nusantara
Semua sirna....karena ulah manusia
Jayabaya berkata,
Tentang Satria piningit penyelamat bangsa
Hanya kata kata syair belaka
Yang tak kunjung membawa ambarukma
Bagi Bumi pertiwi tercinta
INDONESIA
Sewaktu demi sewaktu
Mengalun dalam desiran pasir yang menderu
Menanti Aruna bersinar di ufuk timur
Walau kabut menutup pekat
Tapi ruas ruas harapan dalam impian
Anjaya dalam hati lubuk sanubari
Walau sampai anumerta dalam nisan kalibata