Terkadang memberi tahu sesuatu ke anak lebih melelahkan dari pada orang dewasa. Perlu kesabaran ekstra dari Moms agar si kecil mau mendengarkan dan nurut dalam sekali ucapan saja.
“Nanaa.. berapa kali mamah bilang kalau mainnya sudah selesai mainan di taruh lagi di tempatnya biar gak pada hilang,” ujar Karin ke si kecil Nana usia 5 tahun. Namun tetap saja ucapan Karin tidak diunggahnya. Nana tetap cuek menuju dapur untuk mengambil makanan di dalam kulkas. Karin yang sudah capek akhirnya berusaha mengumpulkan dan membereskan sendiri mainan sang anak ke tempatnya.
Di lain waktu saat weekend sang Ayah mengajak Nana untuk pergi jalan-jalan. “Nanaa.. kita jalan-jalan yuk ke mall,” “Hayuuukk,” teriak Nana bersemangat. “Kalau gitu ayok ganti bajunya yang bagus,” Nana langsung berlari ke kamar memilih baju kesukaanya di dalam lemari.
Nah kan ketahuan! Nana ternyata bukan tidak mau mendengarkan perkataan orang tuanya tetapi ia milih-milih suruhan mana yang dia suka. Kalau sesuatu yang dianggap menyenangkan responnya positif tetapi ketika dinasehati atau diajarkan kedisiplin malah masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Karin pun mulai memutar otak bagaimana mengajarkan si kecil agar mau disuruh ini-itu dan nurut dengan ucapannya tanpa harus memilih-milih.
Apakah Moms pernah mengalami kejadian diatas ? Apakah Moms masih bingung bagaimana mengatasinya ? Yuk kita tanyakan pada ahlinya Di Live Chat bersama Psikolog Anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi., Bagaimana menciptakan komunikasi yang efektif pada anak. Hari Rabu, 26 November 2014 Pukul 14.00 – 15.30 WIB. Selamat berkonsultasi Moms !
“Nanaaa.. Berapa kali mamah bilang kalau sudah selesai mainnya ditaruh di tempatnya lagi biar ga pada hilang nak,” ujar Karin pada Nana, si kecil nan imut berusia 5 tahun. Namun ucapan Karin tidak diunggahnya, si kecil tetap saja meninggalkan mainannya yang berantakan sembari kembali melanjutkan
Cara BICARA Agar Anak Mau MENDENGAR
Entah dia keras kepala atau pura-pura tak punya telinga. Kok sulit sekali membuat si prasekolah mau mendengarkan kita ya.
“Sayang, Mama kan sudah bilang, kalau habis minum, gelasnya langsung ditaruh di dapur dong. Biar bisa dicuci Mbak,” ujar Karina pada Riani. Namun, si 4 tahun itu bergeming dan tetap asyik dengan teddy bear pink-nya. Karina yang berusaha memahami putrinya mencoba bersabar lalu dengan iseng ibu 2 putri itu berkata, “Riani ikut Mama belanja yuk! Serta merta anaknya yang duduk di TK A itu melempar bonekanya dan langsung menggandeng lengan sang bunda. “Yuk, Ma! Sekarang, ya!” ujar Riani dengan riang.
Nah, kena deh! Ternyata telinga Riani pilih-pilih saat mau mendengarkan. Kalau hal-hal yang menyenangkan, responsnya langsung positif. Tapi uh, jangan harap deh kalau dia dimintai tolong ini-itu apalagi kalau disuruh dengerin nasihat yang panjang lebar. Kalaupun mau mendengar, biasanya sih masuk telinga kiri keluar telinga kanan.
Anak prasekolah umumnya memang sudah bisa memahami perkataan orang lain dengan baik. Tapi kalau dia berlaku seperti Riani (merespons hanya untuk hal-hal yang menguntungkan dirinya saja) lantaran karena mereka masih memiliki sifat egosentris. Ini menjawab mengapa anak 3-5 tahun tak melulu mau mendengar perkataan orangtua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H