pamer kekayaan yang ia miliki, tanpa disadari kita sering sekali memamerkan kekayaan itu melalui sosial media lalu lupa bersedekah. Jika di zaman Qarun memamerkan harta bendanya dengan cara keluar istana, maka di zaman ini tak perlu keluar rumah, cukup update sosial media. Ketika banyak orang yang melihatnya, lalu timbul rasa berbangga diri karena telah memperlihatkan harta bendanya. Adakah diantara kita yang gemar memamerkan harta yang dimiliki?
Pamer harta ialahBaca Juga : Pemerintah Desa Bungurcopong Mengucapkan, Selamat Menunaikan Ibadah Puasa
Ingatlah kawankawanku apa yang sekarang menjadi milik kita, semua tak lepas atas izin Allah. Allah mengizinkan kita meminjamnya dan kapan saja jika Allah mengambilnya, maka taka da satu pun yang bisa menghalanginya, meski kita merasa barang itu adalah hak kita melalui usaha yang telah ditempuh. Ingatlah semua itu milik Allah, lagi-lagi kita hanyalah peminjam dan tugas kita menjaganya, harta yang dimiliki bukanlah kita sepenuhnya, ingat hanya titipan dari Allah SWT.
Lebih ironis lagi ketika kita telah merasa taat, sungguh taat pada apa yang telah Allah wajibkan kepada diri kita, tapi lagi-lagi suka merendahkan orang lain, melihat orang lain penuh dosa dan diri kita tanpa dosa, begitu sombongnya diri ini telah merasa taat tanpa dosa dan orang lain penuh dosa. Sekali lagi berhati-hatilah dengan perkara merendahkan orang lain, karena keimanan itu naik turun dan semua itu datangnya dari Allah.
Baca Juga : Lagu Daerah Hampir Punah di Telinga Kita!
Jangan sampai kesombongan kita karena merasa taat, lantas Allah pun mencabut nikmat hidayah yang telah diberikan. Misalnya, sebuah ketaatan sering kali dipamerkan di sosial media, ketauhilah oleh kalian, apakah kita posting memang sungguh-sungguh ingin menebar kebaikan? Ingin mengajak orang lain berbuat baik? Cobalah telisik lebih dalam. Ketika postingan itu niatnya untuk apa? Jika memposting sesuatu yang religius hanya untuk memamerkan kekayaan ketaatan dan hanya untuk mendapatkan gelar taat dan hijrah dari manusia, maka semua itu hanyalah sia-sia! Jika kita hanya untyk mencari perhatian dari manusia, maka untuk itu tak lebih dari seseorang yang gemar riya, suka memamerkan ibadah.
Lantas bagaimana Islam memandang tren pamer kekayaan ini?
Memamerkan kekayaan ternyata termasuk dalam sikap riya. Dan Islam sebagai agama yang mengajarkan akhlak yang luhur dan mulia amat melarang pemeluknya untuk mendekati akhlak tercela, termasuk riya di dalamnya. Disadari atau tidak, sikap riya termasuk perbuatan syirik kecil yang dosanya amat besar.
Baca Juga : HUT ke-149 Kabupaten Pandeglang, Dinkoperindag Pandeglang Adakan Pasar Murah
Allah berfirman, "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS Luqman:18)
Apalagi jika sikap pamer ini diikuti dengan anggapan dirinya lebih mulia dari orang lain sehingga meremehkan, menghina, serta merendahkan orang lain baik dengan perbuatan maupun perkataan.
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Cukuplah seseorang dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim." (HR Muslim)
Begitu buruknya sikap riya ini bahkan dapat membatalkan dan menghapus pahala amal shaleh.