Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru telah menyerahkan sampel darah sejumlah siswa SMA Negeri 2 Banjarbaru, dan 2 pondok pesantren di daerah yang sama yang terserang virus Campak, ke laboratorium di Surabaya - Jawa Timur untuk mengetahui lebih jauh jenis Campak yang diderita.Â
Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru - Agus Widjaya mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium, apakah termasuk Campak Morbili yang biasa disebut kerumut, atau justru Campak Rubella. Setelah hasil laboratorium keluar, pihaknya akan memberikan tindakan medis lebih lanjut terhadap santri dan siswa yang bersangkutan.Â
Agus mengakui, kedua jenis campak yang biasanya menyerang anak di bawah usia 15 tahun itu memang cukup sulit dibedakan, karena gejala awal yang muncul hampir mirip. Seperti munculnya bercak--bercak merah pada kulit dan bola mata yang kemerah--merahan, yang dapat berujung pada kebutaan. Untuk para santri di pondok pesantren saat ini sudah ditangani oleh Puskesmas Liang Anggang dan Landasan Ulin, dan sementara dilakukan karantina di asrama untuk mengantisipasi menyebarnya virus ke santri yang lain.
Sebelumnya Agus membantah bahwa dirinya telah menyebutkan sebanyak 49 santri di dua pondok pesantren, dan 9 Siswa SMA Negeri 2 Banjarbaru menderita virus Campak Rubella, sebagaimana yang diberitakan salah satu koran di Kalimantan Selatan. Hal itu dikhawatirkan dapat menimbulkan kepanikan di kalangan masyarakat, karena merebaknya virus berbahaya tersebut. Apalagi saat ini cakupan imunisasi MR belum mencapai 100%, sehingga berpotensi menyebabkan orangtua menjadi khawatir anaknya terserang penyakit tersebut.(Ju)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI