Mohon tunggu...
irma essanovia
irma essanovia Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga yang Berkarya

Saya seorang ibu rumah tangga yang menjadikan hobi menulis sebagai sarana berbagi, juga sebagai mesin pencetak uang.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ada Cerita di Balik Secangkir Kopi Hitamku

24 Mei 2015   19:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:39 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara tentang kopi memang tak ada habisnya. Apalagi jika kalian tahu bahwa memang banyak cerita di balik secangkir kopi hitamku. Kenapa kopi hitam? Alasannya karena hanya kopi ini yang benar-benar bisa menemaniku dengan setia di saat harus terjaga di malam hari atau bahkan dini hari saat orang-orang sudah terlelap. Pun ketika siang hari, karena kurangnya tidur di malam hari, kopi hitam seringkali menjadi penyelamatku dalam menjalankan rutinitasku dulu dan kini.

Kopi Sisa

Kopi yang pertama kali aku minum tentu saja kopi hitam tubruk. Uniknya kopi hitam ini adalah ‘kopi sisa’. Ya, sisa ayahku yang juga peminum kopi berat. Setiap malam selepas shalat magrib kopi menjadi minuman wajibnya. Dengan berbagai aktivitasnya dari waktu magrib hingga jam 9 malam, kadang ia terlupa dengan kopinya. Alhasil kopi menjadi dingin dan ayahku tak mau lagi meminumnya. Akulah yang bertugas menghabiskan sisanya sampai habis.

Rupanya, kenikmatan kopi sisa ini selalu tersimpan di alam bawah sadarku. Hingga seringkali setiap menikmati rasa secangkir kopiku yang kadang terlupa dan menjadi dingin aku ingat cerita di balik secangkir kopi sisa yang sudah tidak secangkir lagi ini, dulu. Hingga aku paham betul ketika para pecinta kopi juga kadang terlupa dengan kopi panas yang telah diseduhnya. Dan akhirnya secangkir kopi panas yang telah berkurang separuh itu menjadi dingin.

Kopi Hitamku Kini

Kini rutinitasku sebagai ibu bekerja di rumah menjadikan kopi sebagai mitra setia yang selalu menemaniku dalam pekerjaanku. Apalagi klo bukan menuang berbagai ide yang ada di kepalaku atau yang berseliweran di setiap page dunia maya yang kukunjungi untuk kuracik menjadi sebuah tulisan untuk para klien tentunya. Mereka yang menunggu tulisanku jadi dan memberi uang sebagai upah atas pekerjaanku itu.

Walau bagaimapun, malam hari menjadi waktu yang efektif untuku untuk menyelesaikan pekerjaanku sebagai penulis. Alasannya tentu karena siang ada si kecil dan setumpuk aktivitasku yang membuat setiap hari rasanya terlalu pendek untuku. Menulis apa saja yang bisa menghasilkan. Tapi percayalah, bukan sekadar uang, tapi banyak hal dan aku mencintai pekerjaanku ini. Menulis selain menjadi penghasil pundi-pundi rupiah juga menjadi alat terapiku. Terapi dari berbagai kegalauan yang terkadang melanda pikiran dan jiwaku. Dan secangkir kopi, selalu menjadi teman setiaku dalam menyelesaikan satu demi satu tulisanku. Entah itu dalam bentuk artikel, cerpen, puisi, resensi, atau bahkan buku.

14324683031527947122
14324683031527947122

Kopi Hitam Buatanku

Ketika mataku sudah mulai terkantuk-kantuk kopi hitam menjadi penyelamatku. Kebiasanku menyeduh kopi hitam yaitu dengan memastikan takaran kopiku sudah oke. Untuk secangkir kopi hitam biasa dalam gelas ukuran sedang cukup 1 sendok teh dan 2 sendok teh gula pasir. Jika pekerjaanku cukup banyak dan membutuhkan waktu yang jauh lebih lama untuk menyelesaikannya maka yang kubuat adalah kopi dalam ukuran besar yaitu mug. Untuk membuatnya aku membutuhkan 2,5 sendok the dan 5-6 sendok teh gula pasir. Selanjutnya seduh dengan air panas dan langsung diaduk hingga berbuih dan tercampur rata. Saat ini pula aroma khasnya dengan mudah kukenali. Hhhmmm….

1432468187718670556
1432468187718670556


Lain lagi jika kopi yang akan kuseduh itu adalah kopi yang kopinya berbentuk butiran, tidak seperti pasir. Takaran kopinya bisa berkurang ¼ hingga ½ nya. Alasannya karena butiran kopinya yang pekat, pun dengan kekentalan rasanya. Jadi bisa dipastikan persediaan kopi siap seduh ini juga lebih awet dibandingkan dengan kopi yang biasa. Itulah bedanya kopi ini dengan kopi bermerk lain, pun dengan cita rasa yang dihasilkannya. Aromanya lebih kopi dan lebih nikmat.

Ya, menciumi aromanya adalah salah satu kebiasaanku juga dalam menikmati secangkir kopi. Apalagi jika mata ini sudah dalam kondisi 5 watt a.k.a ngantuk berat. Menghirup aroma kopi tepat di atas cangkirnya yang masih berasap benar-benar membuatku bangun. Benar-benar mengembalikan konsentrasiku hingga aku bisa fokus kembali dalam bekerja. Rasanya otak ini sperti di-refresh. Efeknya tentu membuatku menjadi serasa segar dan bersemangat kembali untuk menyelesaikan tulisanku hingga usai. Begitulah cerita di balik secangkir kopi hitamku, bagaimana dengan kamu?***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun