Mohon tunggu...
irma essanovia
irma essanovia Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga yang Berkarya

Saya seorang ibu rumah tangga yang menjadikan hobi menulis sebagai sarana berbagi, juga sebagai mesin pencetak uang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bukan dengan Bahasa Tubuh

16 Januari 2012   04:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:50 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa tubuh memberikan lebih banyak makna dibandingkan dengankata-kata yang sebenarnya. Terlebih jika Anda adalah seorang yang memang tidak banyak bicara. Itu pula yang terkadang membuat bahasa tubuh menjadi lebih menyakitkan dibanding kata-kata. Naasnya ketika pihak yang lain justru lebih suka menggunakan bahasa verbal. Agar jika ada suatu masalah dapat dengan mudah diselesaikan, tidak berlarut-larut. Ketika ada suatu permasalahan ‘diam’ bukanlah sebuah penyelesaian.

Bahasa tubuh Anda bukanlah penyelesaian yang tepat, itu hanya akan menjadi pelarian atau membuat pihak lain lebih tersakiti. Kecuali, jika Anda memang tidak ingin berhubungan lagi dengan pihak tersebut di kemudian hari. Sebaliknya, jika Anda dengan pihak tersebut memang masih memiliki rencana masa depan, masih akan tetap berhubungan dalam banyak hal, sebaiknya lupakan bahasa tubuh andalan Anda itu. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab bahasa tubuh tidak popular dalam sebuah konflik:


  • Bahasa tubuh seseorang kadang berbeda dengan orang lain begitupun bahasa tubuh yang sama kadang memiliki makna yang berbeda ketika bahasa tubuh itu diberikan kepada orang yang berbeda.

  • Bahasa tubuh memberikan banyak kebebasan untuk kita berinterprestasi, sehingga tak jarang memunculkan terjadinya kesalahan persepsi.

  • Ketika ada suatu permasalahan yang terjadi, permasalahan itu tidak akan mudah diselesaikan jika bahasa tubuh itu tidak juga dimengerti oleh lawan kita.

  • Kita tidak pernah tahu apa yang ada di pikiran seseorang, maka jika ia hanya menggunakan bahasa tubuh saja pastinya menimbulkan peluang yang sangat besar untuk terjadinya miss understanding.

Menjadi hal yang sangat sulit untuk kita ketika harus berhadapan dengan orang terdekat yang lebih memilih menggunakan bahasa tubuh dibandingkan dengan bahasa verbal. Ketika muncul suatu permasalahan kecil lalu ditanggapi dengan diam, sikap acuh tak acuh, menjawab seperlunya yang hanya menggunakan jawaba ‘iya’ dan ‘tidak’, kata maaf pun tidak berbalas, hanya diam tanpa sepatah kata pun. Kalau digambarkan ke sebuah bentuk wajah, bagian bibirnya seperti garis lurus (tidak ada ekspresi), jangankan menatap mata kita ketika berbicara, melihat wujud sebesar manusia dewasa seperti kita pun dia tidak mau.

Segala usaha sudah Anda lakukan tapi dia tetap saja seperti itu. Bayangkan, jika Anda mengalami hal itu! Anda berada di dalam sebuah acara reality show bersama seorang sahabat atau mungkin pasangan Anda dalam sebuah rumah, dan suatu saat terjadi kondisi seperti itu, sementara reality show tersebut masih harus berlanjut sampai tahun depan. Sedangkan housemate Anda tetap melangsungkan bahasa tubuhnya itu entah sampai kapan. Dijamin, Anda langsung terkena depresi berat. Saya sarankan segera hubungi seorang psikolog untuk membantu Anda lepas dari depresi akut ini. ***

“Tidak halal seorang muslim mendiamkan (tidak menyapa) saudaranya lebih dari tiga hari.” (H.R.Abu Ayyub Al-Anshari)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun