Mohon tunggu...
Humaniora

Kemanakah Hilangnya Permainan Tradisi Kita

21 April 2017   22:03 Diperbarui: 22 April 2017   08:00 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemanakah Hilangnya Permainan Tradisi Kita
Secara umum dikatakan anak adalah seseorang yang lahir antara hubungan suami dan istri ataupun hubungan antara laki-laki dan perempuan, meskipun dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak sah atau bukan suami istri itu tetap yang dilahirkan adalah disebut anak. Anak juga merupakan suatu cikal-bakal penerus sebuah keturunan, penerus sebuah keluarga, dan bahkan anak juga menjadi generasi penerus bangsa yang akan datang. Oleh karena itu anak merupakan aset bangsa karena ditangan merekalah nanti bangsa dan negara ini akan diteruskan. Jadi semakin baik kualitas anak-anak yang terdidik sekarang maka akan semakin baik pula generasi bangsa ini dimasa yang akan datang, tapi sebaliknya jika semakin buruk kualitas anak yang terdidik saat ini maka semakin buruk juga kualitas bangsa ini dimasa yang akan datang.
Pada umumnya juga menurut banyak orang masa kanak-kanak adalah hal yang cukup panjang. Karena kita ketahui bahwa masa kanak-kanak dimulai sejak berumur 1 tahun sampai dengan umur 6 tahun atau yang sering dikenal dengan masa awal kanak-kanak, dan usia 6 tahun sampai usia 12 tahun atau yang sering dikenal dengan usia kanak-kanak akhir (menuju usia remaja). Dari pandangan itu bahwa dapat kita ketahui bahwa usia anak-anak adalah sepanjang usia 1 sampai 12 tahun yang tentu sangat panjang sekali usia periode anak-anak. Dalam kurun waktu usia itu seorang anak hanya memiliki dua tugas pokok yaitu belajar dan bermain, belajar pada usia anak-anak diperlukan karena untuk menunjang sebuah proses dimana anak itu akan mengalami perkembangan tiap tahap pertahap, sedangkan bermain adalah cara yang sangat diperlukan juga untuk anak-anak agar bisa memiliki aktivitas dan turun kelapangan untuk terwujudnya pikiran dan perilaku anak yang mengarah kelebih baik dengan tindakan-tindakan yang baru. Jadi masa kanak-kanak yang sangat panjang itu memang hanya digunakan untuk belajar dimana anak itu mengerti sesuatu yang baru dengan tahap pertahap dan bermain yang merupakan implementasi secara langsung kelapangan yang diperoleh dari apa yang dipelajari oleh sang anak.
Bermain adalah sesuatu yang dilakukan untuk tujuan dan maksut tertentu yang sering kali hanya sebuah cara menyenangkan dan membuat diri menjadi bahagia. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia bermain adalah berbuat sesuatu yang menyenangkan hati (baik dengan alat tertentu atau tidak). Bermain adalah sebuah proses yang biasa dilakukan oleh seorang anak terutama yang masih dibawah usia 12 tahun atau disebut bermain yang mengembangkan diri. Dalam melakukan permainan disitu anak-anak juga bisa disebut belajar karena saat bermain anak-anak juga disuruh untuk berfikir, disuruh untuk bergerak, disuruh untuk cerdik, dan banyak lagi, makaa dari situlah muncul sebuah proses yang menjadikan anak-anak memiliki pengetahuan yang akan selalu bertambah. Oleh karena itu permainan yang dibutuhkan untuk dimainkan anak-anak bukan hanya sekedar permainan tetapi merupakan permainan yang mengandung unsur pembelajaran dan sebagainya, dari sinilah yang sangat cocok diajarkan oleh orangtua masing-masing anak adalah Permainan turun temurun atau dikenal dengan Permainan Tradisional.
Permainan tradisional adalah sebuah permainan turun-temurun atau permainan budaya yang ada disetiap regenarasi yang ada diIndonesia, hampir setiap wilayah diIndonesia memiliki permainan tradisional yang juga menjadi ciri khas negara ini yang selalu dikenal dengan negara Bhineka Tunggal Ika. Permainan tradisional bukan hanya sekedar permainan, tapi disetiap permainan tradisional yang ada selalu memiliki ciri khas yang mengajarkan untuk berfikir, berkreatif, kekompakan, dan lain-lain. Karena tidak salah bahwa para orangtua anak-anak selalu mengajarkan permainan-permainan kepada sibuah hatinya ketika memasuki usia kanak-kanak, dengan tujuan agar sang anak dapat berkembang, berproses dan berpengetahuan melalui permainan tradisional yang ada. Jadi permainan tradisional bukan hanya sekedar permainan, tetapi permainan tradisional adalah permainan yang dibutuhkan oleh seorang anak.
Permainan tradisional memiliki berbagai jenis macam permainan, mulai dari permainan yang mengadu kekompakan, permainan yang mengadu kecerdasan, hingga permainan yang mengadu kreativitas anak ada di permainan tradisional. Maka dari itu tidak akan bisa menyebutkan permainan tradisi yang ada diIndonesia karena disetiap tempat diIndonesia selalu memiliki permainan tradisional, tapi disini akan diambil beberapa contoh dari permainan tradisional, diantaranya adalah: dakon, gobak sodor, petak umpet, layang-layang, bermain gundu, dan masih banyak lagi tentang permainan tradisi.
Dakon adalah permainan yang dimainkan dua orang, alat yang digunakan dari kayu atau plastik berbentuk mirip perahu yang dibagi menjadi dua sisi dan selalu ada lubang, sementara di dua ujungnya juga dikasih lubang yang menjadi lubang induk dalam permainan tersebut. Permainan congklak ini adalah permainan yang sangat bermanfaat untuk melatih konsentrasi, sportifitas sang anak, dan berhitung.
Gobak Sodor adalah permainan yang dilakukan beregu sebanyak 3-5 orang perkelompok, dimainkan dalam lapangan berbentuk persegi panjang dan dikasih garis-gris, dan tujuan permainan ini adalah untuk menjaga lawan agar tidak bisa melewati lapangan permainan secara berkelompok. Permainan ini sangat berguna untuk melatih kekompakan, sportifitas, kecerdasan, dan kecerdikan.
Petak Umpet adalah permainan yang dilakukan harus lebih dari satu orang yang dimainkan dimana saja dengan ada satu tempat atau satu petak yang dijaga oleh pemain yang menjadi penjaga dan harus bisa menemukan pemain yang lain sebelum pemain yang lain bisa sampai petak yang dijaga tersebut. Permainan ini sangat bermanfaat untuk melatih kecepatan, konsentrasi, daya ingat, dan kecerdikan.
Layang-layang adalah permainan permainan yang dilakukan ditempat yang harus luas dan bisa dilakukan sendiri. Permainan ini sangt berguna untuk melatih kreativitas dalam pembuatanya, melatih kesabaran, dan melatih usaha keras untuk menerbangkanya.
Bermain Gundu (kelereng) adalah permainan yang dilakukan harus lebih dari satu orang dan dimainkan di tempat yang memiliki halaman atau bertanah. Permainan ini sangat bisa untuk melatih kecerdasan, melatih ketajaman dan melatih konsentrasi serta emosi.
Itulah sedikit contoh permainan tradisional yang ada dan sering dimainkan oleh anak-anak dari kurun waktu ke waktu, dan merupakan permainan tradisi yang memang sangat berguna untuk perkembangan di masa usia kanak-kanak.
Namun seiring perkembangan zaman yang semakin modern dan IPTEK yang mengalami perubahan kecanggihan secara terus menerus permainan tradisional seperti yang dicontohkan sudah mulai hilang bahkan tidak lagi bisa terlihat dimata saat ini. Dulu sekitar kurang lebih sepuluh tahun yang lalu setelah pulang sekolah kita akan cepat-cepat bergegas untuk segera ke tanah lapang, ke poskamling, bahkan ke sawah untuk bermain dengan teman-teman, dari situlah kita mendapatkan pengetahuan baru, pengalaman dan kreativitas baru, serta bersenang bersama dengan teman-teman sebaya dengan memainkan kelereng, layang-layang, gobak sodor, dan sebagainya. Namun zaman telah berubah masa-masa yang seperti itu kini tidak lagi terlihat bahkan sudah hilang dimakan arus globalisasi dunia. Kita yang pernah melakukan hal semacam itu rindu dengan masa kecil kita, tapi apa jika kita ingin melihat itu semua sangat sulit untuk mencari hal semacam itu. Anak-anak yang sebenarnya perlu pengembangan secara langsung dilapangan kini tidak mau untuk melakukanya, mereka lebih berfikir hal yang selalu serba instan, selalu serba ada tanpa usaha, dan tentunya menurut mereka menyenangkan tanpa kelelahan. Anak-anak saat ini lebih memilih berada didepan komputer, didepan laptop, ataupun yang paling praktis adalah depan gadget ataupun tablet-tablet yang menurut mereka lebih asyik untuk dimainkan. Hal itu menjadikan anak-anak saat ini semakin berfikir instan, serba mudah, dan tidak akan mau berusaha sedangkan diusia seperti itu sebenarnya anak-anak mendapatkan segala macam ilmu dan pengetahuan baru yang didapatkan secara langsung dari luar. Hal itu yang membuat anak-anak pada saat ini semakin malas, tidak kreatif, dan selalu berfikir konsumtif serta instan. Dari sini tidak heran memang sisi negatif yang diakibatkan oleh kemajuan zaman serta kecanggihan IPTEK sangat bisa dirasakan, tinggal bagaimana kita dapat mengambil sisi positif yang ada dan bisa menyaringnya.
Dalam segi perbedaan sebenarnya sangat bisa dilihat bahwa manfaat permainan tradisional lebih banyak manfaatnya diusia anak-anak dibandingkan dengan manfaat permainan ala globalisasi saat ini yang hanya membikin anak semakin malas, berfikir konsumtif dan instan, serta tidak memiliki kreatifitas sama sekali, karena sangat dibatasi oleh kecanggihan modern dan IPTEK saat ini. Dari sinilah sebenarnya pengertian apa yang dapat diambil dari permainan tradisi lebih bermanfaat daripada permainan modern yang sebenarnya masih belum pantas untuk diberikan sesuai dengan usia kanak-kanak. Jadi dapat dipelajari bahwa sesuatu itu wajib diberikan tetapi harus sesuai dengan kebutuhan dan usianya.
Lantas apakah yang harus dilakukan mengahadapi fakta dan kenyataan yang ada, haruskah kita hanya diam melihat hilangnya permainan tradisional yang merupakan permainan turun temurun dari nenek moyang dan menjadi ciri khas bangsa ini dan melihat teknologi canggih yang merupakan bukan produk negara yang serta kualitas manfaatnya tidak sebagus permainan tradisional, atau anak-anak pada saat ini akan melakukan sebuah perubahan dengan mengombinasikan antara permainan tradisional dan permainan teknologi modern. Hal yang bisa terjawab dengan berjalanya waktu karena kesadaran itu semua masih sangat sulit dihadirkan dan masih sangat sedikit yang mengerti hal ini semua.
Inti dari awal tulisan sampai akhir ini semua hanyalah cara agar bagaimana kita semua bisa sadar tidak terkecuali para orang tua yang memiliki sang buah hati tercinta untuk selalu mengawasi, memberikan, dan mendidik para anaknya sesuai dengan kebutuhan dan usia mereka berkembang, tidak ada yang melarang untuk memfasilitasi sang anak dengan apa yang kita punya karena anakpun berhak untuk mendapatkanya, tetapi apabila kita memberikan sesuatu yang belum tepat pada kebutuhan, usia, maupun keadaan maka bukan hal yang baik seperti yang kita inginkan tapi akan datang masalah baru yang terjadi dan sangat tidak kita harapkan. Oleh karena itu memberikan kemauan sang anak adalah hal yang sangat mudah dan bisa dilakukan oleh setiap orang tua, tetapi mendidik dan mengajari sang buah hati sesuai tempat, keadaan, dan usia adalah hal yang tidak semua orang tua bisa melakukanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun