Mohon tunggu...
Sondang malau
Sondang malau Mohon Tunggu... guru -

Guru di salah satu SMP di Kabupaten Padang Lawas, SUMUT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Secuil Manfaat Menulis

16 April 2015   20:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:01 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Melihat jauh ke belakang sejak aku mencoba belajar menulis cerita adalah pada saat aku masih kuliah di Fakultas Sastra Inggris. Aku kuliah pada tahun 2000 dan tamat pada 2005. Pada rentang waktu itulah aku mencoba belajar membuat karangan. Untuk mewujudkan itu maka saya lebih suka nongkrong dengan bacaan di perpustakaan. Pada waktu itu aku tertarik menjadi seorang cerpenis maka aku pun membaca banyak cerpen baik cerpen yang baru terbit di surat kabar atau pun membaca cerpen yang sudah lama terbit. Selain itu aku juga suka meminjam buku kumpulan cerpen dari perpustakaan dan membacanya sampai habis. Pada saat yang lain kalau teman-teman anak kuliahan pergi ke Mall untuk berbelanja pakaian maka aku lebih suka nongkrong di Toko Buku Gramedia dan kadang membaca disana dan bahan bacaaan yang aku sukai tetaplah berbau cerita dan kalau uangku cukup maka aku pun membeli buku kumpulan cerpen. Dan kadang membeli buku panduan cara menulis cerpen dari para cerpenis Indonesia yang telah berhasil membukukan cerpen-cerpen mereka.

Setelah banyak membaca cerpen mau pun novel maka aku pun mulai menulis. Pada awal-awal membuat tulisan amatlah berat tetapi aku tetap berusaha menulis. Caraku menulis cerpen waktu itu adalah mencari tema terlebih dahulu dan kemudian menyusun garis besar cerita. Dan mulailah aku menulis dan pada saat itu aku hanya mengunakan pulpen dan buku tulis. Dengan berkali-kali berusaha aku berhasil membuat sebuah cerpen. Yang penting aku sudah bisa menulis sebuah cerpen kalau soal kualitas itu nomor dua dulu. Dan apa yang terjadi terhadap hidupku. Apa yang aku rasakan dan alami setelah berhasil menyelesaikan sebuah cerpen. Aku merasa puas dan aku merasa mampu menulis. Sejak itu aku semakin lancar saja mengarang cerpen akan tetapi kebanyakan dari cerpen itu berasal dari pengalaman hidupku atau sepenggal pengalaman hidupku yang aku buat menjadi cerita yang masuk akal.

Selain menulis cerpen, aku juga rajin membuat catatan harian. Apa yang aku alami hari itu, aku tuliskan semuanya karena seperti yang aku baca, menulis catatan harian juga adalah salah satu latihan menulis dan juga mempertahankan kemampuan menulis.

Ada kepuasan tersendiri juga setelah membuat catatan harian. Seolah aku curhat kepada seseorang tentang apa saja yang ada dipikiranku dan beban hidup atau masalahku seolah mendapat jalan keluar hanya dengan menuliskan saja. Kebiasaan menulis jurnal ini aku lakukan terus dari SMA sampai bekerja. Pada waktu itu setamat kuliah aku bekerja sebagai pegawai perpustakaan di salah satu sekolah swasta di Medan. Tentu saja aku sangat senang bekerja di tempat itu karena bertemu lagi dengan buku-buku dan memuaskan dahaga membacaku. Akan tetapi pada masa itu aku tidak pernah lagi menulis satu cerpen pun. Aku juga tidak mengerti mengapa bisa seperti itu.

Kalau dulu aku menulis jurnal menggunakan pulpen dan buku tulis sejak bekerja aku menulis jurnal di komputer perpustakaan. Aku menulis sepulang bekerja selama 30 menit setiap hari secara rutin. Aku menuliskan apa saja yang aku alami suka dan duka. Ketika misalkan aku mengalami kesulitan dalam bekerja itu juga aku tuliskan tentang pikiran dan perasaanku. Kegiatan menulis menjadi kawan hidupku yang cukup setia, yang tidak pernah mengeluhkan entah apa pun yang aku tuliskan. Tidak seperti kalau aku menceritakan masalah hidupku pada orang lain, mereka bisa saja kembali menyalahkan diriku.

Pengalamanku dengan hanya menulis jurnal setiap hari membuatku semakin teguh dan tegar dalam menjalani hidupku. Aku juga semakin tahan menghadapi setiap permasalahan yang kuhadapi dan emosiku menjadi tetap stabil. Padahal aku hanya menuliskan saja atau menceritakan saja apa saja yang aku alami dan pikirkan. Beban hidup  yang aku alami rasanya semakin ringan saja sehingga aku menjalani hidupku lebih tenang. Itu hanya sedikit manfaat menulis yang pernah aku rasakan manfaatnya. Aku merasa rugi untuk berhenti menulis walau sekarang hanya sekedar tetap menulis catatan harian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun