Mohon tunggu...
Shalva Rizki Aulia
Shalva Rizki Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - Murid SMPN 7 Depok

Hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semut dan Belalang

4 Desember 2023   15:58 Diperbarui: 4 Desember 2023   16:07 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah hutan yang subur, hiduplah dua kelompok serangga yang sangat berbeda karakternya: Semut dan Belalang. Semut dikenal sebagai pekerja keras yang rajin mengumpulkan makanan untuk persediaan musim dingin, sementara Belalang lebih suka bersenang-senang dan menghabiskan waktunya dengan bersenandung tanpa memikirkan masa depan.

Suatu hari, hujan deras melanda hutan. Air sungai meluap, membanjiri sarang Semut dan merusak persediaan makanan mereka. Semut pun sibuk mencari tempat perlindungan dan berusaha menyelamatkan makanan yang tersisa. Di saat yang sama, Belalang, yang merasa tidak perlu bersusah payah, hanya tertawa dan melanjutkan bersenandung.

Ketika musim dingin tiba, hutan diselimuti salju tebal. Semut, yang telah bersusah payah mengumpulkan makanan dan memperbaiki sarang, dapat bertahan dan melewati musim dingin tanpa kesulitan. Namun, Belalang, yang tidak mempersiapkan apa pun, merasa kesulitan mendapatkan makanan dan tempat perlindungan.

Belalang, yang kelaparan dan lemas, mendatangi sarang Semut dan memohon bantuan. "Tolong, Semut! Aku tidak punya makanan dan tidak punya tempat tinggal. Bisakah kau membagikan sedikit makananmu padaku?" ucap Belalang dengan raut muka yang memelas.

Semut, yang masih ingat bagaimana Belalang tidak pernah membantu mereka, ragu-ragu. Namun, dia memutuskan untuk memberikan sebagian dari persediaan makanannya sebagai bentuk belas kasihan. "Aku akan membantumu kali ini, Belalang, tetapi ini juga sebagai pelajaran bahwa kita harus mempersiapkan masa depan kita," ucap Semut dengan bijaksana.

Belalang pun diberi makanan dan tempat tinggal oleh Semut. Namun, ketidakadilan muncul ketika Belalang kembali menjadi dirinya yang ceria dan malas setelah mendapatkan bantuan. Dia tidak berusaha membantu Semut atau berkontribusi dalam hal apa pun. Sementara itu, Semut terus bekerja keras untuk menjaga sarang dan mencari makanan.

Suatu hari, hujan deras kembali mengguyur hutan. Kali ini, sarang Semut aman, dan persediaan makanan mereka terlindungi. Tetapi Belalang, yang masih belum belajar dari pengalaman masa lalu, mendapati sarangnya rusak dan makanannya basah.

Ketidakadilan terasa begitu nyata ketika Belalang datang lagi memohon bantuan pada Semut. "Sarangku hancur, dan aku tidak punya makanan. Bisakah aku tinggal bersamamu lagi?" ucap Belalang dengan nada memelas.

Semut, yang memiliki hati yang tulus, memberikan pertolongan lagi, meskipun hatinya merasa terluka oleh ketidakadilan yang dialaminya. "Aku akan membantumu lagi, Belalang, tetapi kamu harus belajar untuk berkontribusi dan tidak terus mengandalkan bantuan orang lain."

Amanat dalam cerita ini adalah bahwa ketidakadilan terjadi ketika seseorang terus menerima bantuan tanpa memberikan kontribusi. Kesalahan Belalang adalah tidak belajar dari pengalaman masa lalu dan terus mengandalkan kebaikan Semut. Dalam kehidupan, kita perlu memahami bahwa keadilan melibatkan tanggung jawab dan keseimbangan. Memberikan bantuan bukanlah kesalahan, tetapi memanfaatkannya tanpa belajar dan berkontribusi adalah ketidakadilan. Dengan begitu, kita bisa menciptakan masyarakat yang adil dan saling mendukung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun