Mohon tunggu...
Slutria
Slutria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Kesehatan Masyarakat sebagai Seorang Promosi Kesehatan dalam Menangani Penyakit Demam Berdarah di Indonesia

18 September 2024   10:01 Diperbarui: 18 September 2024   10:06 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Berdasarkan data dari Kemenkes, sampai minggu ke-17 tahun 2024, tercatat 88.593 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan 621 kasus kematian di Indonesia. Berdasarkan laporan tersebut, dari 456 kabupaten/kota di 34 provinsi, kematian akibat DBD terjadi di 174 kabupaten/kota di 28 provinsi. Penyebarannya yang cepat, terutama saat musim hujan, membuat penularan DBD sulit dikendalikan. Di sinilah peran lulusan kesehatan masyarakat dengan spesialisasi promosi kesehatan menjadi sangat penting. Mereka berperan dalam melakukan edukasi, kampanye kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan DBD.

Melihat hal ini, lulusan kesehatan masyarakat dengan fokus pada promosi kesehatan memiliki tugas utama untuk memberikan edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat terkait bahaya dan cara pencegahan DBD. Mereka bertanggung jawab dalam menggerakkan masyarakat agar lebih peduli terhadap faktor-faktor yang dapat memicu penyebaran penyakit ini. Salah satu langkah konkret yang berhasil dilakukan oleh lulusan kesehatan masyarakat adalah menyosialisasikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), terutama berkaitan dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kampanye mengenai pentingnya 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) telah menjadi bagian dari kegiatan rutin promosi kesehatan dalam upaya mengurangi tempat berkembang biaknya nyamuk pembawa virus dengue.

Selain itu, mereka juga berperan dalam berbagai kegiatan penyuluhan kepada masyarakat dengan cara memberikan pemahaman tentang pentingnya membersihkan lingkungan sekitar, menguras penampungan air secara rutin, dan menutup wadah-wadah yang dapat menjadi sarang nyamuk. Kegiatan ini melibatkan masyarakat di berbagai tingkatan, dari rumah tangga hingga komunitas, salah satu kegiatannya, yaitu Juru Pemantau Jentik (Jumantik), di mana setiap rumah tangga memiliki satu orang anggota keluarga yang bertugas memantau potensi tempat berkembang biak nyamuk. Program ini mendorong para promotor kesehatan untuk menciptakan program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Sebagai seorang promotor kesehatan, lulusan kesehatan masyarakat telah berhasil mendorong masyarakat untuk aktif terlibat dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Melalui program ini, promotor kesehatan mengedukasi warga tentang cara-cara memeriksa jentik nyamuk di lingkungan rumah mereka dan berhasil menekan penyebaran DBD secara signifikan.

Tidak berhenti sampai di sana, mereka juga melakukan pendekatan kepada masyarakat secara langsung melalui partisipasi aktif dalam kegiatan pencegahan DBD. Mereka mendorong keterlibatan masyarakat dalam setiap kegiatan PSN di tingkat RT, RW, hingga kelurahan. Selain itu, lulusan kesehatan masyarakat juga bekerja sama dengan pemangku kepentingan lainnya, seperti aparat pemerintah, dinas kesehatan, serta lembaga swadaya masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pencegahan DBD. Sebagai contoh, lulusan kesehatan masyarakat yang bekerja di wilayah endemik DBD sering kali memfasilitasi pertemuan antara masyarakat dan pihak dinas kesehatan setempat. Mereka mengoordinasikan kegiatan fogging di area-area yang dianggap rawan, sekaligus memberikan edukasi bahwa fogging harus diimbangi dengan PSN agar jentik nyamuk yang belum terbunuh tidak berkembang menjadi nyamuk dewasa.

Peran lulusan kesehatan masyarakat dengan spesialisasi promosi kesehatan sangat penting dalam mencegah penularan DBD di Indonesia. Melalui berbagai kegiatan edukasi, kampanye kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat, mereka mampu menggerakkan perubahan perilaku yang berdampak pada penurunan angka kasus DBD. Kolaborasi antara lulusan kesehatan masyarakat, pemerintah, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam mengendalikan penyebaran DBD. Dengan strategi yang tepat dan dukungan dari semua pihak, tantangan yang ditimbulkan oleh DBD di Indonesia dapat diatasi secara efektif.


DAFTAR PUSTAKA

Rokom. 2024. Waspada DBD di Musim Kemarau. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20240616/0045767/waspada-dbd-di-musim-kemarau/ [online]. (diakses tanggal 9 September 2024).
Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Soedarto, S. (2019). Edukasi Masyarakat Tentang Demam Berdarah: Tantangan dan Solusi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Widiastuti, R. (2018). Peran Tenaga Kesehatan dalam Pencegahan DBD di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 13(1), 45-52.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun