Seperti yang telah diketahui bahwa wabah crown-of-thorns seastars (CoTs; Acanthaster spp.) merupakan penyebab utama degradasi terumbu karang di kawasan Indo-Pasifik. Secara alami CoTS hidup di ekosistem terumbu karang. CoTS memiliki siklus hidup yang disebut "boom and bust", dimana perkembangan ukuran populasi tumbuh atau menyusut secara teratur.
Beberapa tahun terakhir terjadi wabah CoTS yang baru maupun berulang di kawasan Indo-Pasifik. Wabah ini menyebabkan kerusakan yang cukup parah bahkan kematian karang. Di Great Barrier Reef (GBR) Australia, 42% dari 50% kematian karang disebabkan oleh predasi CoTS yaitu Acanthaster cf. solaris yang diamati dari tahun 1985 hingga 2012.
Kelimpahan CoTS diduga karena adanya fenomena persediaan larva, perkembangan larva dan akhir fase larva yang tidak wajar. Seperti bintang laut lain yang memiliki larva planktotrophic, diketahui Acanthaster spp. memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Namun kesempatan reproduksi yang tinggi itu dapat dibatasi oleh beberapa faktor, seperti kepadatan jenis yang sama, sinkronisasi pemijahan dan kondisi lingkungan selama pemijahan. Dimanika populasi CoTS yang sangat dinamis tergantung pada pola spasial dan temporal selama reproduksi serta penyebaran dan akhir fase larva.
Penelitian identifikasi larva CoTS di lapangan belum banyak dilakukan karena sulitnya membedakan morfologi larva CoTS dari asteroidea dan holothuroidea lain. Dilakukan pengembangan metode kuantitatif PCR (qPCR) untuk mengukur dan mendeteksi larva CoTS di GBR utara (Agincourt dan Moore Reefs).
Selama periode penelitian (2015/16, 2016/17 dan 2017/18) puncak terjadinya pemijahan yang terdeteksi ialah pada minggu kedua bulan Desember. Sangat mendekati natal, bukan? Kejadian itu juga terjadi seiring dengan peningkatan suhu air laut yang mencapai 28 C dan selama bulan purnama.
Hasil yang ditemukan hanya satu dari 109 sampel di Agincourt Reef dan 41 dari 575 sampel di Moore Reef yang memiliki mtDNA CoTS. Hal ini mungkin karena terdapat perbedaan kepadatan individu CoTS dewasa. Penurunan kelimpahan CoTS dewasa dan juvenil selama penelitian di GBR utara disebabkan karena adanya kematian alami dari wabah yang juga dipercepat dengan pemusnahan intensif dan pengambilan juvenil CoTS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan jumlah CoTS dewasa terkait secara langsung dengan penurunan jumlah larva yang kemudian menyebabkan terjadinya kematian populasi CoTS secara lokal. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa qPCR dapat digunakan untuk identifikasi genetik dan kuantifikasi larva yang dapat digunakan untuk mengetahui fase hidup CoTS.
Peneliti mengharapkan dengan diketahuinya proses pemijahan pada CoTS dapat menjadi acuan untuk pencegahan maupun pengelolaan wabah CoTS di masa depan.
Ditulis oleh: Sonia Lisa Meilanda