Mohon tunggu...
Slavika Neil
Slavika Neil Mohon Tunggu... -

pelajar ingin tau, maaf kalo sok tau

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Zulkifli Hasan di Mata Anak Perempuannya

15 Januari 2015   01:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:07 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_390778" align="aligncenter" width="300" caption="foto.inilah.com"][/caption]

[caption id="attachment_390780" align="aligncenter" width="300" caption="foto.inilah.com"]

14212357752123494734
14212357752123494734
[/caption]

Sebagai pembisnis dan politikus, Zulkifli Hasan dapat dikatakan sudah sangat berkecukupan untuk kehidupan sehari-hari.  Namun ternyata hal itu tidak menjadikan dia untuk memperlakukan anak-anaknya secara manja.

“Dulu waktu kecil, kalau aku dan adik-adikku minta dibelikan hadiah pasti ada tugasnya dulu, biasanya menghafal juz amma, membaca habis 1 buku cerita nabi, akademiknya harus bagus, dan lain lain” –tutur Futri, anak pertama Zulkifli Hasan. Contohnya, dulu saat Futri ingin mempunyai mobil, bang Zul – sapaan akrab beliau – mengharuskan futri diterima di ITB dan lulus les bahasa Inggris di The British Institute bila ingin mendapatkan yang ia inginkan.

Jelas terlihat Zulkifli Hasan memang memberikan pembelajaran ke anak-anaknya, untuk bersusah-susah dahulu dan bersenang-senang kemudian.

Sosok bang Zul dimata anak perempuan pertamanya terlihat  tidak banyak bicara, tetapi dia mencontohkan suri tauladan. “Walkin the talk lah istilahnya, oleh karena itu anak2 begitu hormat dan segan padanya.” aku Futri.

Prinsip ini menggambarkan bagaimana zulkifli hasan mendidik keempat anaknya. Seorang orangtua yang mencontohkan tanda-tanda kebaikan. Dia juga sering menegur anak-anaknya apabila memang  anak-anaknya sudah berpotensi tidak baik.

Siapa sangka, disaat kebanyakan anak muda dimanja dengan fasilitas dan mudah menghambur-hamburkan uang demi kesenangan, Zulkifli Hasan memberikan contoh tauladan bagaimana orang tua harus mendidik anaknya. Perjuangan mendapatkan sesuatu, dan pendidikan agama perupakan kunci agar anaknya sukses di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun