Mohon tunggu...
Slamet Riyadi
Slamet Riyadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Blogger musiman yang tertarik dengan basket dan keindahan alam http://slamsr.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menikmati Candu Air Terjun, Curug Lawe dan Benowo

20 Maret 2013   11:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:29 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HAE... saya bernostalgia "lagi" dengan lumut, batu dan gemercik air jatuh paling indah di lereng gunung Ungaran. Kali ini saya memandu legiun asing, 4 orang master Biologi dari Salatiga menjelajah Curug Lawe dan Benowo. Melakukan perjalan dengan manusia manusia ini sangat unik, paling tidak saya sedikit tau tentang nama latin atau ilmiah bermacam pepohonan, paraserianthes falcataria ( sengon) dan tectona grandis (jati).

Setibanya di Pos jaga sekaligus rumah kabag (mandor) perkebunan PT. Cengkeh Zanzibar, yang kami cari hanya mencari 1 hal, yaitu indomie. Ya... betul indomie rebus pakai telur ceplok kebul-kebul. Sepertinya energi  dari segelas milo dan 2 potong roti pisang keju dari rumah sudah terkuras di 9 kilometer perjalanan Gunungpati - Brangjang - Dolo - Kalisidi (jalan kaki).

Untuk masuk wisata cukup membayar karcis 4 ribu per pantat. Pukul 9:50 kami lanjutkan perjalanan, masuk dalam rimbunnya kebun cengkeh sekitar 70 meter, kemudian belok kiri turun menyusuri parit, sudah ada papan penunjuk arahnya kok.

Walaupun sudah tidak ada jalan yang rusak karena longsor, namun harus tetap ekstra hati hati, karena kombinasi lumut dan air di sepanjang parit dapat membuat anda tergelincir. Pastinya anda tidak ingin terjun bebas bukan? karena sisi kiri adalah sungai dengan jeramnya yang deras dan berbatu, kedalaman sekitar 30 meter. Terkadang juga ada ranting bergigi piranha dari tanaman yang menjulur mirip pohon aren, siap mencantol apapun, termasuk telunjuk saya yang usil megang megang.

curug+lawe+benowo+-+jembatan+cinta.jpg
curug+lawe+benowo+-+jembatan+cinta.jpg

Saya berjalan pelan ketika sampai di jembatan kayu, orang menyebutnya "jembatan cinta". Pose foto diatas saya memang berlari, tetapi sebenarnya jantung saya berdegup menciut, was was andai kayu jembatan patah karena lapuk, atau terpeleset terjun bebas lalu wassalam. Jembatan dengan lebar 1 meter berbahan besi ini berfungsi menghantarkan air (dibawah), dan bagian atas yang berlapis kayu digunakan sebagai jalan. Jembatan ini adalah spot paling menarik setelah kedua curug pastinya.

Hujan pun ikut mewarnai langkah kami. Semakin deras jatuh dari langit, memaksa kami mempercepat langkah, melompati batu, menapaki tanah lembek, menyeberangi sungai supaya lekas sampai tujuan. Otak bertype penjelajah ini konsleting, saya sempat punya ide nakal untuk membuka jalan baru, namun berujung jurang. Akhirnya kembali ke rute semula yang lebih aman.

flying+-++curug+lawe.jpg
flying+-++curug+lawe.jpg

HEI... SAYA TERBANG. Jangan tiru! adegan ini diperankan oleh atlet pro (photo by wetipo)

Suara gemuruh dan bulir sejuk air yang terbawa angin menjadi tanda bahwa Curug Benowo sudah dekat. Betapa histerisya kami, sampai berlari lebih cepat supaya bisa lebih dekat ketika melihat kucuran air dari pucuk yang menyemburat putih dengan sedikit bias pelangi. Aaaahhh... kita nikmati dahulu keindahan alam Ungaran ini.

Banyak cara untuk menikmati air terjun. Saya rasa menikmati air terjun itu tidak perlu sampai mandi di bawah kucuran air. Iya kalau air yang jatuh,  andaikan yang jatuh itu batang pohon?, batu seukuran kepala bayi? apa tidak cari mati?. Jagalah jarak aman, tidak perlu terkena guyuran air, 10 meter saya rasa sudah cukup. Tidak perlu lama-lama juga, karena 1 menit saja sudah bisa membasahi pakaian anda hingga jeroan terdalam.

30 menit, cukup lama saya habiskan waktu disini. saatnya melanjutkan perjalanan menaiki dan menuruni lereng dengan jalur zig zag menuju Curug Lawe di seberang bukit. Saya  memutuskan untuk melewati curug benowo dahulu kemudian ke curug lawe supaya perjalanan lebih ringan, mengingat harus mendaki dan menuruni bukit.

curug+lawe+-+jembatan.jpg
curug+lawe+-+jembatan.jpg

Tibalah di pertigaan, diatas jembatan ini, saya pernah gagal dan balik arah pulang karena beberapa rekan dalam rombongan yang tidak kuat. Mulai dari Checkpoint ini, aplikasi Endomondo saya rajin berteriak "GPS LOST... GPS LOST". ternyata signal GPS tidak mampu menembus tebalnya dinding pepohonan hutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun