Artinya, ketimpangan dan penyimpangan yang dipicu alur ego-sistem ini, merekayasa realitas yang kemudian dipelintir menjadi pemakluman. Sehingga orang-orang diam dalam rasa cemas disalah mengerti, kalau tidak dicap serupa 'polisi skena'. Akibatnya 'pembiaran' itu menyelinap kasar masuk di bagian prinsipil.
Padahal analisis-kritis (sisi telaah pikir) dalam rangka persahabatan (friendly), dalam upaya pembacaan evaluatif, dalam kesadaran penuh penghormatan, dalam perhatian dan tanggungjawab, dalam mencita ranah seni-berkesenian yang kondusif dan bermarwah, tentu menjadi imunitas dan suplemen yang sangat dibutuhkan.
Maka secara kolektif (orientasi bersama) sudah seharusnya ada kalangan sadar yang fokus dan serius untuk memitigasi dilema seni-berkesenian bahwa cita rasa tentang penyimpangan itu sudah terlalu permisif. Sehingga diperparah oleh dampak tidak lagi ada yang menggugah abstraksi, tidak lagi ada yang menggerakkan reaksi, tidak lagi ada yang mencetus impuls kreatif.
Karena, apabila kerap memaklumi sikap selalu menggeser kata 'harus' ke semestinya/ sebaiknya/ seyogyanya/ dan lain-lain, maka jarak menjangkau yang ideal semakin jauh merenggang, yang tak pernah kunjung menapak sampai (next quadran), yang sama dengan 'jauh panggang dari api'. Maka, wajar saja pihak eksternal membaca bahwa sejumlah pelaku menutup mata tentang ide utuh seni-berkesenian itu sendiri. [*]
Padang, 14 Juni 2023
Rijal Tanmenan
Etnomusikologi | Pemberdaya Seni | Penabuh Multi-set Perkusi
IG: @rijaltanmenan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H