Mohon tunggu...
SLAM Indonesia
SLAM Indonesia Mohon Tunggu... Penulis - Media Anak Muda

SLAM kepanjangan dari Suara Laras Anak Muda. Membawa suara dan narasi skena-skena anak muda di Indonesia dan cerita sejarah republik. Melalui medium tulisan dan audio (podcast). Dengan harapan melahirkan 'ruang diskusi' untuk anak muda. Kunjungi podcast kami di Spotify (SLAM Indonesia) spotify:show:2umh8SLetO9aUtkGIfKFGL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Macam-macam Galang Dana di Indonesia

25 Mei 2019   23:06 Diperbarui: 27 Mei 2019   16:45 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mulai dari patungan untuk sosial, politik, sampe patungan bikin album musik. Indonesia awal berdiri pun dibangun atas dasar kesepakatan patungan raja-raja Nusantara.

Kaum muda, apalagi yang senang berkelompok, lekat dengan budaya patungan. Mulai dari yang saling ngumpulin temen untuk patungan berlangganan Netflix setiap bulan. Supaya punya bahan obrolan di tongkrongan. Iuran duit dari uang jajan di sekolah buat kas kelas. Ataupun kolekan duit di tongkrongan buat beli intisari.

Ranah yang paling besar, patungan lebih sering kita jumpai dalam kalimat galang dana. Sama aja sih maknanya. Galang dana lekat sekali dengan nilai-nilai yang dianut kita. Sebut saja gotong royong. Sudah jelas itu adalah budaya kita sejak lama. Mundur jauh ke belakang, kita tentu pernah tahu bahwa para raja-raja di Nusantara memutuskan bersepakat ikut 'patungan' membantu Indonesia ini berdiri.

Ngomongin penggalanan dana, bentuk yang paling sering kita lihat ialah untuk korban bencana. Atau memberi untuk saudara-saudara yang dirasa ekonominya berada di bawah kita. Biasanya yang ditolong karena memiliki urgensi lebih besar. Sehingga orang-orang tergerak untuk turut menginisiasi bantuan. Bisa berupa materi ataupun doa. Bantuan keduanya sama besarnya.

Di Jakarta kemarin kita sempat mendengar para pemilik warung dijarah habis oleh massa kericuhan 22 Mei. Daganannya ludes, tabungan pun dirampok. Sang pemilik warung, Abdul Rajab, yang usianya tak lagi muda, 62 tahun, mengaku mengalami kerugian sekitar 30 juta. Adapun pemilik warung lain, Usma, yang mengaku warung kelontongnya dijarah habis isinya. Bahkan nyaris dibakar.

Berita ini menyebar di sosial media. Warganet meradang. Ada juga yang bergerak cepat menawarkan bantuan. Yang lainnya, menginisiasi untuk menggalang dana. Berita terakhir, Presiden Jokowi turut mengundang pemilik warung bernama Rajab dan Ismail ke Istana dan ditawari bantuan. Sehingga bisa kembali berdagang di warungnya.

Berita dari voaindonesia.com 
Berita dari voaindonesia.com 

"Kampanye Rakyat"

Penggalangan dana juga pernah kita lihat dan jumpai di ranah politik. Aneh juga kalau dipikir-pikir. Mereka para pelaku politik tentu punya modal besar untuk masuk ataupun mencalonkan diri di ranah politik. Mereka para elite politik Saya yakin tak kekurangan uang sama sekali. Miskin pun tidak. Namun hal ini pernah terjadi. Tak jauh-jauh dan rekam jejaknya masih ada di internet, yakni upaya penggalangan dana yang dilakukan Jokowi pada Pilpres 2014. Ketika berduet dengan Jusuf Kalla.

Dilansir pada Katadata.co.id, ketika itu, Jokowi-JK menggalang dana melalui rekening "Gotong Royong Jokowi-JK". Ada tiga rekening yang dibuka Jokowi-JK dalam Pilpres 2014. Dalam waktu sebulan setelah dibuka, rekening "Gotong Royong Jokowi-JK tercatat mampu menghimpun uang sebesar Rp 147 miliar. Dana tersebut, berasal dari pihak perseorangan maupun perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun