Mohon tunggu...
Slamet Sofyan
Slamet Sofyan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menaruh minat terhadap bidang psikologi dan isu kontemporer terkait psikologi. Saat ini aktif mengajar dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Efek Psikologis Silaturrahim

24 Agustus 2012   17:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:22 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1345847537220872010

[caption id="attachment_208538" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/ Admin (shutterstock)"][/caption] Ada sebuah cerita unik ketika saya mengikuti sebuah seminar. Nara sumber bertanya kepada peserta seminar, "Mengapa orang yang suka bersilaturrahim dipanjangkan umurnya?" Para peserta tidak ada yang menjawab lalu nara sumber berkata, "Ya, karena waktu malaikat maut datang ke rumah orang yang akan dicabut nyawanya ternyata orang tersebut sedang bersilaturrahim." Ini hanyalah sebuah cerita bukan menjelaskan makna dan arti silaturrahim itu sendiri. Kata silaturrahim sendiri terdiri dari kata shilah dan rahim. Kata shilah berarti menyambung dan kata rahim berarti kasih sayang. Jadi secara sederhana silaturrahim dapat diartikan menyambung kasih sayang. Tradisi silaturrahim di negeri ini biasanya terjadi secara besar-besaran pada momentum Idul Fitri. Momentum Idul Fitri bagi sebahagian besar orang merupakan saat yang tepat untuk melakukan ritual tradisi silaturrahim. Meskipun tradisi silaturrahim sendiri dalam Islam tidak hanya dikenal pada momen-momen tertentu seperti Idul Fitri. Tetapi tradisi silaturrahim merupakan sebuah tradisi mulia yang juga harus dihidupkan dibulan lain selain bulan Syawal. Fenomena tradisi silaturrahim ini sangat unik dan menarik untuk diamati. Dari perilaku yang terkecil seperti berkunjung kerumah tetangga hingga fenomena mudik tahunan untuk bersilaturrahim kepada sanak saudara di kampung halaman. Inilah fenomena unik dan menarik di negeri ini untuk dicermati baik dari aspek psikologis, ekonomi, budaya, sosiologis sampai pada tingkat kriminalitas. Efek Psikologis Apabila dicermati dari sudut pandang psikologi ada beberapa manfaat psikologis yang bisa ditimbulkan oleh tradisi silaturrahim itu sendiri. Dimana perilaku dan tradisi silaturrahim ini berdampak positif kepada para pelaku silaturrahim. Beberapa manfaat psikologis dari perilaku dan tradisi silaturrahim itu antara lain: Pertama, timbulnya perasaan bahagia. Perilaku silaturrahim menghasilkan perasaan senang kepada kedua belah pihak. Baik pihak yang berkunjung maupun pihak yang dikunjungi. Perasaan senang ini memang bersifat subjektif (berbeda-beda) pada setiap orang. Memang tidak bijak untuk digeneralisasi namun pantas untuk dijadikan pembelajaran. Jika ditanya mengapa muncul perasaan senang setelah proses silaturrahim maka akan sulit sekali untuk mendefinisikan dan menjelaskannya secara gamblang. Namun itulah efek psikologis positif yang terjadi sebagai akibat perilaku silaturrahim. Mungkin kompleksitas tersebut tidak dapat dilihat dengan mata namun terasa didalam jiwa. Kedua, kebermaknaan. Ketika melakukan proses silaturrahim maka ada sesuatu yang bermakna dan berarti yang bisa kita peroleh. Banyak makna dan pelajaran yang bisa didapat ketika mengunjungi kaum kerabat dan tetangga dalam tradisi silaturrahim. Sebut saja ketika berkunjung kepada orang-orang yang dituakan maka kita bisa menggali pelajaran bermakna dari mereka. Pelajaran tentang kebijaksanaan dan kesederhanaan nilai hidup. Yang dapat menguatkan dimensi psikologis manusia dalam menjalani hidup yang terkesan kacau ini. Pelajaran ini sebagai amunisi psikologis bagi kita dari mereka yang diperoleh melalui proses silaturrahim. Pelajaran ini juga menjadi begitu bermakna karena pelaku dan contoh hidup langsung yang memberikan pelajarannya kepada kita. Ketiga, mengasah kecerdasan interpersonal. Momen silaturrahim merupakan saat yang tepat untuk mengasah kecerdasan dalam menjalin hubungan baik dengan orang lain. Perilaku silaturrahim mungkin sangat baik bagi orang yang selama ini canggung untuk berinteraksi dengan orang lain. Tradisi silaturrahim bisa dijadikan media yang tepat bagi seseorang untuk membangun kecerdasan interpersonalnya. Dimana kemampuan interpersonal ini merupakan salah satu komponen psikologis yang diharapkan mampu melepaskan seseorang dari fobia sosial yang dirasakan oleh orang-orang tertentu. Keempat, melatih kecerdasan intrapersonal. Pertukaran informasi yang terjadi ketika proses silaturrahim membuat seseorang mampu secara sadar membandingkan dirinya dengan orang lain. Dari proses perbandingan ini seseorang akan mampu untuk menyelami dirinya lebih dalam lagi. Tentang kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya saat ini bila dibandingkan dengan orang lain. Kecerdasan intrapersonal yang lebih akrab dikenal dengan kemampuan introspeksi diri menjadi terpicu dengan adanya tukar menukar informasi karena proses silaturrahim. Jadi jika ingin melihat psikologi diri lebih jauh dan lebih dalam maka silaturrahim bisa dijadikan sebagai salah satu media introspeksi diri. Kelima, dukungan psikososial dan proses katarsis. Dukungan psikososial secara sederhana berarti pemberian dukungan psikologis dalam bentuk interaksi sosial. Dalam proses silaturrahim besar kemungkinan dukungan psikososial ini terjadi. Ambil saja contoh sederhana seseorang yang meluapkan "uneg-unegnya" kepada orang lain mengenai kesukaran hidup yang dialaminya. Memang curhat uneg-uneg tidak serta merta menyelesaikan permasalahan. Akan tetapi paling tidak terjadi sebuah bentuk katarsis sederhana dari orang yang bercerita. Yaitu terjadinya pelepasan muatan emosi negatif pada seseorang sehingga bisa membuat kondisi psikologis orang tersebut menjadi nyaman. Efek Sosiologis Silaturrahim juga merupakan salah satu budaya canggih warisan para leluhur yang mampu menjadi alat perekat dan pemersatu bangsa ini. Dalam konteks sosiologis silaturrahim mempunyai peran signifikan. Dia menjadi jembatan dahsyat yang mempertemukan dua orang atau kelompok yang berseteru. Bukanlah mediasi dan islah itu juga diawali dengan proses silaturrahim. Begitu indah dan dahsyatnya perilaku silaturrahim ini. Sehingga perilaku silaturrahim bisa membuat seseorang sehat psikologis dan sosiologis. Maka kurang bijak jika meremehkan perilaku silaturrahim meskipun terkesan hanya sebuah proses berkunjung. Adalah bijak menjadikan silaturrahim sebagai sebuah tradisi dan budaya yang terus dihidupkan sepanjang kehidupan ini. Kecanggihan teknologi seperti facebook, twiter, blog, sms dan media sosial lainnya tidaklah cukup menggantikan nilai-nilai tradisi silaturrahim. Silaturrahim tetap harus menjadi sebuah tradisi dan budaya tatap muka secara langsung. Dimana manusia sebagai makhluk sosial diposisikan sebagai raja nomor wahid dalam menunjukkan eksistensinya. Dari sana kemudian efek psikologis muncul yang memicu manusia sehat secara psikologis, sosiologis, fisik, dan bahkan mungkin materialnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun