Mohon tunggu...
Pangeran Kebahagiaan
Pangeran Kebahagiaan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

saya suka kopi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

So What dengan Zona Nyaman?

11 Januari 2013   08:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:20 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zona nyaman atau comfort zone, begitu orang menyebutnya. Entah siapa yang mencetuskan istilah ini, tapi semua pakar motivasi, wirausaha, dan pengembangan diri kerap menyebut istilah sakti ini. Untuk apa? Untuk melecut orang-orang agar bangkit bergegas dari keadaannya yang sekarang, menyongsong era baru dalam hidupnya.

Zona nyaman bisa diartikan jika sudah tidak ada progress (kemajuan) dalam hidup kita. Semua sudah rutin, semua sudah tertata apik, dan kita merasa nyaman berada di dalamnya. Pendapat para ahli manajemen, rasa nyaman itulah yang  akan pelan-pelan membunuh diri kita. Entah itu secara individu atau organisasi, zona nyaman memang membuat terlena. Secara organisasi memang ini mungkin benar, seperti misalnya pasar Apple yang mulai digerogoti oleh smartphone dari Samsung, bahkan kini kabarnya Apple sudah tersalip jauh. Mengapa bisa? Karena Apple sudah nyaman dengan produknya yang hanya satu varian saja yaitu Iphone, sebelum menyadari bahwa Samsung menyiapkan puluhan jenis varian dan seri smartphone untuk menggedor Iphone.

Kini istilah zona nyaman ini mampir ditujukan pula bagi individu-individu, bagi orang kantoran, bagi pengusaha, bagi mahasiswa yang baru lulus sarjana. Pergilah merantau, ke luar Jawa, jangan mau di zona nyaman terus, lihatlah dunia luar, jangan-jangan kesempatanmu ada di luar, bukan di sini. Dan masih banyak kata-kata motivasi kosong lainnya, terutama bagi para anak muda, seakan terdoktrin bahwa zona nyaman itu tidak baik, zona nyaman itu buruk, dan jauh-jauhlah pergi dari zona nyaman, pergi dan carilah zona yang tidak nyaman itu, dan sukses akan kamu raih.

Benarkah itu?

Bisa iya, bisa tidak. Banyak yang gagal, demi menghindari zona nyaman mereka, mereka korbankan waktu, keluarga, dan pengalaman bahagia yang ada di dalam lingkup zona nyaman mereka. Apakah mereka bisa sukses setelah menjauhi zona nyaman? Lagi-lagi ada yang iya dan ada yang tidak.

Ilustrasinya seperti ini, saat ini kau adalah karyawan, lalu karena kata-kata para motivator dan  ingin menghindari zona nyamanmu sekarang, kau resign kerja. Kau bangun bisnis dan sukses. Apa yang terjadi setelah bisnismu sukses? Cepat atau lambat maka masuk lagi dirimu ke dalam zona nyaman. Lalu apa yang harus kaulakukan? Menjual semua aset bisnismu dan mulai lagi dari nol agar terhindar dari zona nyaman? Konyol.

Kembalilah ke esensi zona nyaman itu sendiri, yaitu jika sudah tidak ada progress, itulah zona nyaman. Dan bagi mereka-mereka yang sudah menghindari zona nyamannya, tidak bisa dipungkiri akan muncul zona nyaman baru itu. Jika kau hindari zona baru itu, setelah berhenti, akan muncul lagi zona nyamanmu itu. Pada intinya, zona nyaman seperti lingkaran setan, tak akan berhenti, dan sampai kapan mereka mampu menghindari zona nyaman itu?

Pada akhirnya, karena usia, mereka akan menyerah pada zona nyaman terakhir mereka. Dan pada akhirnya, tidak pernah ada orang yang mampu terlepas dari zona nyamannya. Tiap masa,tiap dekade, ada zona nyaman yang akan selalu muncul. Zona nyaman hanya ilusi, tak ada manusia yang mencari ketidaknyamanan, itu hanya bohong belaka dan filosofi palsu dari para motivator, zona nyaman adalah sesuatu yang kita pijak. Sampai detik ini. Bukankah setiap  manusia ingin merasa aman dan nyaman dalam hidupnya?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun