City memang sudah dipastikan tersingkir dari grup D Liga Champion, grup yang semua orang juga tahu, grup neraka. Semalam hasil seri dengan Real Madrid 1-1 mengubur harapan City untuk lolos ke fase 16 besar grup. Dan saat ini, mereka terperosok di peringkat dasar klasemen.
Untuk dapat berlaga di Liga Eropa, City harus bisa mengalahkan Dortmund dengan catatan Ajax juga kalah dari Real Madrid. Jika hasil itu yang terjadi di laga terakhir grup D nanti, bisa dipastikan City naik ke peringkat 3 dan berhak turun di ajang Liga Eropa.
Tidak seperti pemilik Chelsea yang tanpa ampun langsung mendepak Di Matteo setelah dipermalukan Juventus 3-0, agaknya pemilik City masih bisa bersabar. Mereka memaklumi City masih baru di ajang Champion dan butuh pengalaman lebih. Target pelatih Roberto Mancini pun sekarang lain, targetnya adalah juara Liga Eropa, dan untuk masuk zona liga Eropa ini juga berat, punggawa City harus bisa membuat Ajax berada di bawah City di papan klasemen.
Dari pertandingan semalam, saya  justru menyoroti kejeniusan David Silva, yang bergerak ke seluruh penjuru lapangan dengan gerakan lincah. Terlihat sekali, Madrid mati kutu menghadapi Silva, bahkan tiga sampai empat pemain yang berusaha merebut bola dari kaki mungil Silva diharuskan jatuh bangun menghadapi dribble bola nan elok dari David Silva.
Sebagai gelandang serang dan dirigen permainan Manchester City, tadi malam Silva-lah yang menguasai lapangan. Beberapa kali assist-nya membahayakan gawang Casillas. Beberapa bek Madrid yang berusaha menghalau Silva malah justru jatuh tersungkur-sungkur, tak hanya satu, bahkan dua sampai tiga orang harus mengejar Silva, tapi seperti belut, Silva sangat licin dan bola seakan di-lem di kakinya.
Tanpa mengecilkan arti pemain lain, roh permainan City yang sebenarnya adalah David Silva. Selama ada David Silva, agaknya Manchester City masih berada di jalur yang tepat dalam semua perburuan gelar di tahun ini.
