Mohon tunggu...
Pangeran Kebahagiaan
Pangeran Kebahagiaan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

saya suka kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

22 Januari (Berteman Iblis yang Baik Hati)

21 Januari 2014   23:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dan aku berhasil lari ke pantry, mengobrak-abrik isi ruangan, memecahkan wastafel dengan palu, dan membanting dispenser. Keributan yang aku timbulkan membuat seisi kantor heboh. Dan kulihat iblis itu, berdiri tertegun menatapku, sambil tangannya terkatup di depan mulutnya yang membuka tak percaya atas apa yang aku lakukan. Hatiku makin mendidih, aku berlari menerjang ke iblis itu. Kuberlari sekencang-kencangnya, dan dengan sekali hentakan aku melakukan tendangan tepat ke arahnya.

Bleeedaaarrrr... tendanganku tepat mengenai sasaran. Iblis itu terjungkal terjengkang ke belakang. Pingsan dengan memar biru di matanya. Aku tersenyum.

Semua temanku sudah bersiap menyergapku setelah aku melukai beberapa orang itu.   Aku tertawa terbahak dengan keras seperti orang kerasukan, mereka semua mundur ke belakang, mereka takut. Aku pamer kekuatan, kupukul tembok yang ada di belakangku. Dan tembok itu hancur, berlobang. Tanganku terasa sakit, saat kulihat kepalan tanganku menjadi biru dan sedikit berdarah karena hantaman dengan tembok.

Pluk, ada suara pulpen yang jatuh, tiba-tiba aku terbangun dari tidurku. Aku terbangun dari mimpi.

Semua itu hanya mimpi. Dan kudapati aku tertidur di meja kerjaku. Kulirik sebelahku masih asyik mengunyah nasi sambil mendengarkan musik metal. Aku mengucek mata, dan tak sengaja kulihat kepalan jemari tanganku. Tanganku menjadi sedikit biru dan berdarah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun