Kehadiran si bayi mungil bagi pasutri baru memang sesuatu. Apalagi jika dibalur dengan latar keluarga besar. Si Mungil yang baru lahir adalah cucu pertama bagi kedua belah pihak: mertua. Â Â
Si bayi adalah milik kedua belah pihak. Keduanya saling memberikan masukan. Pihak satu mengatakan merawat bayi itu harus begini dan begitu. Pihak kedua, mengatakan pokoknya ASI dan MPASI-nya harus yang bener-bener supaya kelak anaknya sehat dan cerdas.
Dari sinilah pembuka drama dimulai. Sebagai orang tua si bayi, tentu kita pun memiliki konsep tersendiri. Sampai kapan pemberian Air Susu Ibu atau ASI. Mulai kapan pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu atau MPASI. Â
Ngobrol dong Ngobrol
Ngobrol kepada si pemilik ASI buat saya sangat penting. Obrolan yang dibahas apalagi kalau bukan bertopik sampai kapan anak (bayi) kita akan diberikan ASI?
Setelah ada kesepakatan, seiring berjalannya waktu  mulailah memikirkan hal lain. Misal, makanan yang cocok buat Ibunya. Ini perlu diperhatikan agar asupan ASI yang diberikan kepada buah hati tidak mengalami kendala.
Makan yang menurut pasutri sudah sesuai, terkadang masih dianggap belum lengkap. Siapakah pihak yang mengritik ini?
Siapa lagi kalau bukan mertua kami. Mulailah kami ngobrol. Saat beliau memberikan informasi, sebaiknya harus mengonsumsi daun kelor sebagai sayur, saya tanya-tanya.
Kata beliau, sayur daun kelor memperlancar ASI. Saya mengangguk-angguk. Dalam benak saya, mana ada nenek dari anak kami akan menjerumuskan? Hal yang sangat mustahil.
Apalagi, mertua pun tiap saat memasak dan menghidangkannya buat Ibu si bayi. Hari demi hari pun tidak ada keluhan dari Ibu bayi, yang misalnya merasa ASI-nya kering karena si bayi kuat netek atau menyusu.
Ihwal daun kelor ini, saya pun jadi penasaran. Apa sih khasiatnya? Ternyata pasca berselancar ke dunia maya, saya menemukan kandungan dari daun kelor.