Mohon tunggu...
Slamet Samsoerizal
Slamet Samsoerizal Mohon Tunggu... Penulis - Fiksi dan Nonfiksi

Penggagas SEGI (SElalu berbaGI) melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Catatan Mas Nakurat Pagi Ini

6 Agustus 2022   07:21 Diperbarui: 6 Agustus 2022   07:24 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

ENTAH apa yang di pikiran Mas Nakurat, bukan tokoh kondang ini.  Membaca berita sepekan ini, ia galau.

Ada baku tembak yang beritanya makin riuh. Ada temuan artefak,timbunan bansos. Ada maling -- maaf kalau saya lebih nyaman dengan sebutan maling daripada koruptor yang berhasil ngumpet ke negeri sebelah, dengan malingan fantastis Rp78 triliun.

Ada kasus suap yang dengan suka rela memberikan fee Rp1,5miliar. Ada mantan menteri yang dijebloskan penjara karena kasus penistaan agama. Ada kode "apelkroak" di kasus korupsi yang lain lagi.

Membaca dunia pendidikan, lebih galau lagi. Ada 124 SD di Purworejo Jawa Tengah yang nirkepala sekolah.

Konsekuensinya, 124 SD ini urung melaksanakan Implementasi KurikulumMerdeka atau Si Kuka. Sedangkan syarat untuk mendaftar Kurikulum Merdeka Belajar dibatasi sampai tanggal 5 Agustus 2022 mendatang dan harus memiliki kepala sekolah definitif.

Selama beberapa hari terakhir, dilaporkan kasus positif Covid-19 dan kematian akibat infeksi virus corona meningkat di Indonesia. Dalam seminggu ini, tercatat ada lebih dari 38.000 kasus positif Covid-19.

Angka itu tergolong sangat tinggi jika dibandingkan awal Juni lalu.  Artinya, telah terjadi kenaikan (kasus Covid-19) lebih dari 15 kali lipat dalam 2 bulan.

Ada pula orang yang sengaja membuat akun berkonten hoaks. Menurut berita, pelaku pemilik akun tersebut membuat akun tersebuttersebut ada yang memesan.

Mas Nakurat garuk-garuk kepalanya yang tanpa ketombe dan kutu tersebut. Banjir informasi yang dia baca dan olah dalam nalarnya bergejolak dan menari-nari bertalu-talu.

Ada yang disikapinya dengan kritis. Ada yang disikapinya dengan geram. Namun, yang paling banyak justru yang bikin logika alunya, makin tumpul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun