Coba kita tanya arti toleransi kepada keluarga korban pembantaian poso oleh pasukan kelelawar pimpinan fabianus tibo cs, jumlah resminya sekitar 7000an, faktanya bisa lebih.
Dibantai dlm keadaan tidak siap, tnp pemberitahuan perang dan semacamnya.
Atau coba tarik sedikit ke belakang kita tanya keluarga korban rusuh ambon ketika pasukan preman menyerang penduduk muslim ambon yg sedang merayakan Iedul Fitri 1999, apa yg tersisa dr kata toleransi yg didengung2kan sebagian kelompok di negeri ini?
Semua hal di dunia ini ada sebab ada akibat, bukan ujug2 jatuh dr langit. Ada peristiwa yg memunculkan hal2 yg oleh kelompok tertentu dicap. Perbuatan intoleransi tp kelompok itu pula menafikan penyebab terjadinya suatu peristiwa, apakah ini suatu kesengajaan atau kenaifan tingkat akut?
Toleransi itu sendiri bersifat universal, harusnya bermakna sama dan menyeluruh dari kutub utara smp kutub selatan, bukan hanya sabang smp merauke. Jadi jika toleransi tipe tertentu hanya berhembus kencang di indonesia dan tidak selevel dalam pengejawantahan nya di negeri lain apa kesimpulannya?
Apakah toleransi itu seperti petinju yang terjepit hampir kalah KO berteriak2 toleransi tetapi ketika posisi di atas angin membabibuta membabat ( yang dianggap) lawannya?
Apakah toleransi itu hanya muncul santer jika pihak tertentu itu kebetulan menjadi minoritas sedangkan ketika menjadi mayoritas tidak berlaku/ berfungsi? Jadi salah siapa, bagaimana solusinya? Semoga menjadi bahan renungan utk sebuah jalan keluar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H