Mohon tunggu...
Slamet Budiman
Slamet Budiman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Selfemployed

Lebih dr 20 thn berkecimpung di bidang logistik, transportasi dll. Saat ini terpeleset memperhatikan dunia pendidikan, sosial, ekonomi, hukum, layanan konsumen & publik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sulitnya "M" Mencari Keadilan

25 Oktober 2017   11:48 Diperbarui: 25 Oktober 2017   11:55 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mungkin dengan menulis ini bisa menjadi salah satu alternatif saya membuang penat.., membuang panik sementara.., ekspresi bingung.., ekspresi marah..,tapi yang pasti saya tetap harus waras [logis] serta akan berusaha meskipun belum tahu harus bagaimana lagi [?].

Kejadiannya adalah setahun yang lalu [2016] saat uang hasil dari tabungan bekerja sekian puluh tahun saya gelontorkan pd sebuah investasi. Untuk derajat saya nilainya pun fantastis, ratusan juta rupiah. Logika saya memutuskan tahun lalu bahwa dengan usia saya yang lebih dari 40 tahunan, akan sangat membantu keuangan keluarga jika saya melakukan investasi karena inti permasalahannya saat itu saya sudah tidak bekerja. 

Perlahan dan bertahap semuanya berjalan lancar. Dalam arti bagi hasil yang saya terima tiap bulannya. Namun petaka datang mulai bulan Juni 2107, bagi hasil tidak saya terima lagi hingga Agustus 2017. Dan sejak Akhir Agustus 2017 sudah saya katakan padanya bahwa seluruh uang milik saya akan saya tarik. Namun mudah diterka, tidak mudah bagi saya untuk mengambil seluruh uang saya tersebut.

Pikiran waras saya masih berjalan. Dengan mengikuti dan menuruti kemauan berbagai pihak, pola rundingan atau mediasi melalui jalan kekeluargaan saya patuhi. Meskipun harga yang harus saya bayar "mahal". Mahal karena nyata saya harus mencari uang untuk menghidupi istri dan anak saya. 

Dengan bekerja apapun dalam kerangka tidak melanggar hukum agama dan hukum negara, saya lakoni. Mahal dan ironis bahwa saya yang memiliki uang ratusan juta harus "jungkir balik" untuk memberi "makan" keluarga. Rundingan dan mediasi kekeluargaan nihil saya dapat dari pihak yang menguasai uang saya. Lebih diperparah lagi dengan sikap arogan serta emosional pihak tersebut ke saya dan keluarga.

Apakah saya masih waras ? Ya bersyukur saya masih waras. Dari September hingga Oktober 2017 saya masih terus berupaya untuk mendapatkan kembali uang milik saya. Mulai dari berkonsultasi dengan pihak berwenang di bidang hukum baik Kepolisian maupun Posbakum di Pengadilan Negeri setempat, saya jalani. Mereka semua mengatakan bahwa peluang hukum atas masalah saya besar untuk menang. Penilaian itu semua didasari pada copy bukti dokumen yang saya perlihatkan ke mereka.

Lalu apa lagi ?..Saya pun mendatangi beberapa pengacara atau advokat untuk berkonsultasi dan bermohon pendampingan hukum atas masalah saya tersebut. Mereka mengatakan peluang hukum saya pun besar untuk dimenangkan dengan berbagai resiko plus dan minusnya. 

Semua pengacara yang saya telah datangi memberikan empati yang luar biasa atas masalah saya. Namun semuanya harus kandas berujung pada masalah pembiayaan perkara dan seterusnya. Itupun di setiap pembicaraan saya telah katakan saya akan melakukan kewajiban saya dengan segala keterbatasan yang ada. Hingga pagi tadi pun kembali saya mendapatkan berita bahwa mereka menyampaikan maaf tidak dapat membantu saya untuk mendampingi secara hukum.

Bukan main sulitnya bagi seseorang yang tidak berkemampuan secara finansial ["M" Miskin] untuk mencari keadilan. Begitu berlikunya jalan mencari keadilan bagi mereka yang memang memiliki keterbatasan tersebut di atas. Apakah dengan sudah memiliki selembar "SKTM" lalu jalan yang dilalui si "M" akan mudah dan lancar ?. Jawabannya, tidak.

Di usia saya kini, saya tidak lagi memiliki mimpi mengawang. Saya tidak berani bermimpi tinggi. Saya hanya ingin melihat, mendampingi dan membiayai anak - anak saya yang masih SMA dapat menuntaskan studi mereka masing - masing. Dengan uang yang memang merupakan hak dari anak - anak saya, tujuan saya hanya satu ;..Saya ingin membahagiakan kedua anak saya.

Semoga masih ada jalan buat kami...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun