Oleh : Slamet Budiman
Seperti info yang dikabarkan oleh BMKG pada Minggu 8 Februari 2015 bahwa sebagian besar wilayah Jabodetabek diprakirakan akan terjadi hujan pada 9 Februari 2015. Baik dengan intensitas ringan maupun sedang. Dan prakiraan itu pun terbukti pada 9 Februari 2015.
Kondisi yang terjadi pada Senin 9 Februari 2015 akhirnya menjadi sebuah "media darling" beberapa portal media tv, online dll dengan tajuk "breaking news" dan sebagainya.
Sejak 10 tahun terakhir ini kejadian banjir, menurut saya, khususnya yang terjadi di DKI Jakarta menjadi salah satu wacana pemberitaan, obrolan, diskusi, hibah/sumbangan dana dari hilir ke hulu sampai dengan aksi [ penanganan + pencegahan ].
Wacana tersebut sampai melahirkan salah satu stigma yang populer yakni "kiriman Bogor" atau "banjir kiriman Bogor".
Siapa pun tentu masih ingat dengan pelajaran ilmu alam tentang sifat zat cair atau air, atau pengertian hulu ke hilir dalam pelajaran ilmu alam, geograpi dll. Dan pasti tentunya sangat mengetahui posisi Jakarta berada di tipe dataran seperti apa.
Dengan bahasa sederhana dapat saya katakan bahwa Bogor bukan melulu menjadi penyebab banjir yang terjadi di Jakarta pada musim hujan. Di beberapa titik jalan di kotamadya Bogor pun, sebut saja salah satunya jalan durian [ bale binarum ] pasti akan banjir jika hujan datang. Lalu secara aklamasi apakah timbul stigma bahwa banjir itu "kiriman Jakarta" . Sering saya dengar dan lihat bahwa saat beberapa wilayah di Jakarta hujan dan Bogor tidak hujan, ternyata beberapa titik area di Jakarta terjadi genangan air/banjir bahkan posisinya jauh dari sungai.
Persis seperti analisa anda, penyebab banjir yang sudah diamini bersama  antara lain terjadi karena buruknya DAS sepanjang hulu hingga hilir [ penyempitan dan pendangkalan ], tidak baiknya saluran drainase, sikap pribadi yang belum disiplin, reklamasi dll.
Jakarta sebagai ibukota negara tentulah tidak menampik sedikit bersifat eksklusif namun bukan berarti eksklusif menjadikannya tertutup. Ya,...selalu terbuka akan datangnya kaum urban tiap tahunnya.
Jika naiknya populasi penduduk Jakarta baik dari proses kelahiran maupun kedatangan kaum urban, apakah sudah dikalkulasikan akan terjadinya efek atas tingginya kebutuhan "papan" [ horizontal/vertikal ] ?. Kebutuhan akan tempat tinggal yang layak ? layak, baik dan benar dari segi sanitasi, sosial, jangkauan daya beli, legalitas dan lain - lain. Kalaulah memang sudah diperhitungkan dan penetrasinya di dalam aksi konsisten serta tepat maka mungkin akan sedikit drainase yang disulap menjadi tempat usaha atau pun tempat tinggal, mungkin juga akan relatif sedikit delta sungai atau DAS ditumbuhi bangunan rumah atau ruko/rukan.
Jadi hentikanlah sikap mudah menyalahkan karena periode berikut adalah " kerja...kerja....dan kerja".