Dalam upaya memutus mata rantai penyebaran COVID 19, pemerintah menerapkan PSBB di berbagai daerah. Bahkan tahun ini (2021) PSBB ini diganti dengan PPKM ( Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) khususnya di Jawa dan Bali. Hal ini diterapkan karena angka warga masyarakat yang terpapar COVID 19 ini terus meningkat. Disebutkan dalam berita bahwa Negara Indonesia tercinta ini, Â sudah tembus angka SATU JUTA lebih warga negara yang terpapar COVID 19 ini, sekaligus menjadi negara rangking 1 terbanyak di ASIA yang terpapar Corona Virus Dease 19 ini.
Angka satu juta ini bukanlah alat ukur satu satunya, sebagai sesuatu yang ' menyeramkan ' karena ada data yang sembuh tercatat diatas angka 800  ribuan warga,  yang lainnya tidak tertolong dan meninggal. Jika melihat data negara tetangga yang terpapar COVID 19 ini ( misalnya Eropa dan Amerika ) kita lebih tercengang lagi karena mereka  menembus angka 2 atau  3 juta orang yang terpapar virus ini.
Di Indonesia negara tercinta ini, grafik penambahan orang yang terpapar virus terus meningkat. Terbukti dari jumlah ruangan- ruangan di rumah sakit yang semakin padat. Dan beberapa diantaranya sudah tidak bisa menampung lagi. Upaya pemerintah pusat maupun daerah memanfaatkan bangunan atau Gedung- Gedung di luar rumah sakit  untuk menampung warga masyarakat yang dinyatakan positif alias kena virus, sebagai tempat isolasi. Juga tidak sedikit warga masyarakat yang melakukan ISOLASI MANDIRI di rumah masing- masing di bawah pengawasan PUSKESMAS setempat.
Upaya-upaya lain yang dilakukan oleh satgas COVID 19 berupa menyosialisasikan slogan 3M dan  4M, serta berkembang menjadi 5M, yaitu : Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, dan Menjauhi kerumunan, serta Mengurangi mobilisasi. Dan oleh otoritas terkait agar memperagakan 3T, meliputi Testing ( pengujian ), Tracing ( pelacakan ), dan Treatmen ( penanganan atau Tindakan pengobatan ).
Dampak penerapan PSBB bahkan PPKM, memunculkan kreatifitas warga masyarakat atau warganet beraktifitas yang berbasis ONLINE/ DARING ( dalam jaringan ). Dan bermunculan chenel- chenel pribadi atau kelompok yang unik dan menarik. Mulai dari penggemar kuliner/ jalan- jalan kuliner, fashion, Grup- grup music, kelas- kelas online, termasuk kelas online yang sedang saya ikuti yaitu kelas menulis ALINEAKU.
Saya sebagai salah satu peserta merasa cukup antusias. Karena kelas ini merupakan hal ' baru ' bagi saya. Saya kebetulan sebagai guru yang mengajar tentang hitung menghitung, tentang mengukur jarak antara dua benda, tentang bagaimana menentukan besar sudut antara dua garis, tentang membuat sketsa grafik, dan lain sebagainya. Ketika saya dihadapkan pada materi tulis menulis dan mengolah kata serta kalimat, menjadi sesuatu yang tidak mudah.
Materi yang saya tangkap dari Pak Cah dan  Bunda  Ida Nur Laela, bahwa membuat artikel itu cukup mudah menurut beliau- beliau. Tentukan dulu:  tema, membuat outline, tulis artikel ( dengan mengembangkan poin- poin yang sudah direncanakan dari kerangka ), editing, dan publishing. Tetapi faktanya saya rasakan begitu rumit, sulit, dan ngos- ngosan. Bagaimana tidak, saya sudah diarahkan dengan tema yang jelas. Outline atau kerangka sudah dibuat, dan poin- poin lainnya. Tetapi bagaimana ini menulis, baru dapat satu dua kalimat sudah terputus. Mentok lagi mentok lagi. Saya iseng- iseng melihat WA grup, dan ada himbauan dari ketua grup Pak Noto Susanto. Bahwa untuk bisa menulis syaratnya cukup 3 langkah, pertama menulis dulu, kedua menulis lagi, dan ketiga menulis terus.
Saya mencoba lagi untuk menulis, rasanya di kepala banyak hal yang ingin saya tulis, tetapi tetap mentok. Saya  harus berlama- lama mikir dan ngos- ngosan untuk dapat satu dua kalimat sampai satu  paragraph. Saya hampir tidak percaya bahwa ada slogan menulis semudah bernafas, menulis semudah membalikkan tangan. Apa salahku...?
Berbeda dengan Ketika saya mengajar didepan peserta didik, Â tidak ada masalah dengan materi hitung- hitungan. Baik secara daring maupun luring. Kebetulan saya mengajar MATEMATIKA. Materi angka- angka ini mengalir begitu saja yang relative begitu mudah. Kendatipun demikian untuk model pembelajaran tetap di-update, sehingga bisa menyesuaikan dengan kondisi sekarang dimana wabah pandemic masih merajalela.
Mengajar matematika begitu mengasyikkan. Kebahagiaan tersendiri bilamana apa- apa yang saya sampaikan dapat diterima dan dipahami oleh peserta didik. Pendekatan PAKEM ( pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) memberikan ruang yang luas bagi guru dan peserta didik dalam mengajar dan belajar. Kondisi ini sangat berbeda dengan suasana belajar 10 bulan kebelakang. Unsur- unsur Pendidikan menjadi lebih mungil dibandingkan dengan unsur pengajaran. Penguatan karakter bagi peserta didik menjadi sulit diukur dan diperagakan. Kebiasaan 3 S, salam, senyum, dan sapa dirasakan menjadi kurang hangat.
Menulis itu apa sih.... ?