Mohon tunggu...
Slamet Arsa Wijaya
Slamet Arsa Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sedang berlatih mengaplikasikan kebenaran yang benar, ingin lepas juga dari ketergantungan kamuflase dan kecantikan berlipstik yang mendominasi di lingkungan kita. Sisi lainnya, ingin jadi diri sendiri dan wajib mencintai tanah air sepenuh hati dan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Meski Dimangsa Terik Ceria Wajahmu Tak Luruh

15 Desember 2020   09:08 Diperbarui: 15 Desember 2020   09:11 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senyum yang kau serukan saat ini digerakkan langit. Di tengah pancuran terik nan deras, ceriamu tetap tumbuh meski mentari pas di atas ubun ubun. Mereka menanti secercah kehidupan dari sedikit kemurahan.

Di teras lumbung duit itu, hidupmu diharap kembali bangkit, dari kering hisapan pandemi. Sengal-sengal nafas para marjinal sejenak disegarkan. Tangan guritamu penguasa sedang menjamah berikan faedah.

Di teras lumbung uang tanpa pohon penghijau, secercah harapan akan dipegang. Atas kemurahan langit meluncurkan donasi. Diharap usaha mikro tak terus-terusan lokro. Tetapi tumbuh hijau royo royo.

Semoga nanti datangnya lagi di tempat ini, kau berganti simpan duit, tuk langgeng makmur hari esok. Bila hadirmu sudah berdasi segan terik mengusilmu. Karena bajumu telah berpendingin dari saku sakunya.

Kaca keadilan menayangkan gambar tanpa editan. Sama-sama tamu beda kasta. Beda pula sambutan. Tak perlu bikin atap di muka kaca kaca teduh. Mereka dibiarkan cari kenikmatan sendiri. Dalam terik menahan resah, dalam resah karena basah oleh sapaan hujan melata jelang sare.

Akhirnya keriangan sesungguhnya tumpah, wajah semringah keluar dari antrian melelahkan. Pulang bersaku dua setengah juta kurang seratus. Asa mereka direntang untuk kembali jadi pemenang, sesuai asa sang penguasa.

*******

Babelan, 15/12/2020.

#esawe.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun