Kata Khalil Gibran, anak kalian bukanlah anak kalian. Mereka putra-putri kehidupan yang merindu pada dirinya sendiri. Berikan kepada mereka cinta kalian, tapi jangan gagasan kalian, karena mereka memiliki gagasan sendiri. Kalian boleh membuatkan rumah untuk raga mereka, sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan, yang tidak bisa kalian kunjungi, sekalipun dalam mimpi.
Kalimat mutiara indah itu sengaja penulis jadikan kepala artikel, tetapi tulisan ini tidak bertemakan tentang kehidupan anak-anak. Meskipun bangsa kita hari ini sedang peringati Hari Anak Nasional. Penulis mengapresiasi karena anak-anak adalah masa depan bangsa tercinta. Jika mereka semua sehat dan cerdas, Indonesia hari esok pasti gemilang.
Untuk mencapai hal tersebut pastilah negara harus tentram dan damai. Betapa sedih kita pada anak-anak di negara-negara konflik. Mereka menderita di banyak hal termasuk pendidikan. Imbasnya negara itu bisa kehilangan kegemilangan di masa depannya. Indonesia yang sudah asri dan nyaman ini, tidak keliru jika terus-menerus kampanyekan betapa pentingnya kedamaian.
Bicara kedamaian linier terkait cinta. Masih adakah orang di dunia ini yang tidak memiliki cinta dan rasa ingin damai. Sepertinya sulit menemukan jawaban tentangnya. Kecuali orang yang tidak sehat secara mental dan sepiritualnya. Pertanyaan serupa pun kita tanyakan, apakah ada orang di kolong langit ini yang merindu kekerasan dan kedamaian tidak dianggap penting lagi. Pertanyaan boleh beda tetapi yakinlah jawabnya sama, yakni hanya orang yang sakit secara moral dan sepiritualnya.
Seandainya ada,pastilah kita tidak mendukung orang-orang yang bisa dikatakan sinting itu. Jika tidak lagi hargai kedamaian lantas mau hidup dimana. Pasti akan terjadi seperti minyak dan air, di tengah-tengah peradaban humanis ini. Apakah perilaku itu ada di antara kita? Jika Densus 88 masih giat bekerja dan menuai hasil itulah jawabannya. Bisa juga bila amarah dan udah lakukan hal-hal destruktif atau anarkisme itu pantas dicurigai dan waspadai.
Bukti negeri ini masih aman, tentram dan damai bukanlah isapan jempol. Faktanya tanah air beta tercinta ini, dapat kehormatan dinobatkan jadi 10 negara terbaik di dunia untuk dikunjungi. Tidak tanggung-tanggung prestasi ini jadi yang utama dari 10 negara terdamai dan terindah di dunia.
Tepatnya Cond Nast Traveler, awal Oktober lalu mengumumkan pemenang Readers' Choice Awards 2019. Hasil rating tersebut didapat dari 600 ribu pembacanya dan memberikan pengalamannya selama melakukan liburan. Kategori yang dilombakan pun cukup banyak, meliputi tentang pulau, kota, hotel, spa, kereta, pesawat, dan lain-lain.
Hasilnya, negeri bhineka ini dapat predikat pertama dalam kategori Top 20 Countries in the World. Tentu kita pantas kagum dan bangga sebagai warga negaranya. Mari kita simak di bawah ini, kedudukan negeri pelangi yang berwilayah dari Sabang sampai Merauke, kekayaan alam dan budayanya dinilai benar-benar luar biasa. Bukti tersebut kita peroleh nilai 92,78. Di bawah kita yang juga jadi destinasi terbaik masih di kawasan Asia Tenggara, yakni Thailand dengan skor 92,37.
Urutan ketiga Portugal yang miliki wisata alam dan bangunan bersejarah, nilainya 91,94. Kemudian Sri Lanka dengan skor 91,79, poin penilaiannya bertumpu pada wisata sejarah dan religi. Sedangkan urutan ke lima diduduki Afrika Selatan (91,59) yang dinilai adalah beragam pesona wisata safari.
Kemudian posisi ke enam negara Peru dengan Machu Picchu dan situs kuno Nazca Lines yang dibangun pada 200 SM -- 700 Masehi, peroleh nilai 91,28. Yunani tempati urutan berikutnya dengan penilaian meliputi kuliner, arsitektur dan kondisi alamnya dan berhak skor 91,18. Kemudian Filipina, objek wisatanya mulai digandrungi warga dunia dengan poin 90,63. Filipina memiliki nilai plus warganya ramah dan biaya liburan di sana relatif terjangkau.