Mohon tunggu...
Slamet Arsa Wijaya
Slamet Arsa Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sedang berlatih mengaplikasikan kebenaran yang benar, ingin lepas juga dari ketergantungan kamuflase dan kecantikan berlipstik yang mendominasi di lingkungan kita. Sisi lainnya, ingin jadi diri sendiri dan wajib mencintai tanah air sepenuh hati dan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hanya Logika Durjana Menjual Kebencian Berimbal Pahala

26 Oktober 2020   10:01 Diperbarui: 26 Oktober 2020   10:49 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bila segelas air putih mampu meredam dahaga. Terasa semilir hadirkan senyum tawa adalah kejernihan menyusupi pori-pori jiwa. Nafsu, dendam dan dengki terlepaskan dari sukma.

Bila masih merasa dahaga, cari mata air di lembah yang tumbuhkan dedaunan sejuk dan banyak mereguk petuah. Nurani kemilau bersih dari segala sampah, perangai santun tebarkan damai sepanjang langkah.

Bukan di langit kedudukan Tuhan yang maha tinggi, sehingga tiada sulit menggapai, pula tanpa mahar susahkan diri untuk dekat ersamanya. Dia ada di dada ini bersemayam dalam singgasana hati. Yang sudah bersahabat indah mewarnai situasi apap pun 

Letak surga pun lebih dekat letak dan jelas sudutnya. Meraihnya sangat gampang tak perlu menebus bersyarat berat. Cukup bersih diri suci nurani cahaya terang pun baluri jiwa. Berenang dan senang-senanglah dalam samudera cinta dengan keindahannya.

Jangan terkecoh muslihat, nikmat dunia tak seberapa, dunia cuma perolehan tuk beli tiket terbaik menuju nirwana abadi. Tapi bukan bekal berkalung mesiu jegal nyawa tak berdosa. Bukan menawarkan tiket surga dengan memfitnah, menindas dan menjelek-jelekan sesama umat.

Bohong jika semua ulah dosa berbalas bidadari tujuh puluh memapas di pintu surga. Mengaku suci dan dekat dengan Dia tetapi depankan pemusuhan dan kebencian, hanya logika durjana membenci sesama apalagi membuhuh berimbal pahala. 

*****.

Bekasi, 26/10/2020

#esawe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun