Teruntuk kau yang mendadak besar oleh gelembung-gelemung udara. Tampak cepat mengembung seperti balon. Sejatinya miskin etika dan melarat nurani. Meski seolah kaya puja puji. Bagai didudukan di strata tinggi oleh para keblinger tipu-tipu muslihatmu. Aslinya berdasi bukan berpeci pun tak luwes.
Makanan menyehatkan itu bersertifikat halal dan dipastikan menyehatkan bagi para menyantap. Tak main label kehalalan agar dicap sebagai halalan toyiban juga. Lazim siapa pun dianjurkan usaha demi raih cita-cita. Tapi hindari halalkan segala cara.
Ngenas, simak dinding kolbu tak sewajarnya kau bercorat-coret. Berkoar di cakrawala, sesumbar di dinding langit, serperti ajengan luhur. Fakta minus intelektualitas tapi mengaku tinggi ilmu. Tetapi aksara langit melafalkan rendah alhak. Wajar seolah tak berdosa  kerap meludahi gudang guru.
Lama kau sibuk bergincu tuk tetap tampil gagah. Bagi penelaah hening seiring kualitas keilmuannya tak canggung menyemprotnya. Tapi kau dibela para cekak nurani. Cemas sih tidak kau itu besar nyali tetapi terkikis integritas di muka para religius di tengah khalayak.
*****
Bekasi, 24/10/2020
#esawe.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI