Mohon tunggu...
Slamet Arsa Wijaya
Slamet Arsa Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sedang berlatih mengaplikasikan kebenaran yang benar, ingin lepas juga dari ketergantungan kamuflase dan kecantikan berlipstik yang mendominasi di lingkungan kita. Sisi lainnya, ingin jadi diri sendiri dan wajib mencintai tanah air sepenuh hati dan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nyanyian Lembayung pada Senja

24 Oktober 2020   17:30 Diperbarui: 24 Oktober 2020   17:45 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berpasang-pasang itu bukan mencari sepadan salurkan kekesalan. Apalagi kolaborasi luapkan dendam. Kau pinjam mulutnya tuk suarakan kebencianmu. Sungguh banyak kaget tak menyangka bibirmu bergincu. Mampu mengolah kata menghipnotis pemain rasa. Yang buruk kau ramu menjadi semanis teh tubruk.

Andai damai saja niscaya anugrah lekas berpihak. Segar, bagai menyeruput kopi hangat pagi hari. Jiwa tenteram karena rasa yang bicara. Kesantunan dan kepatuhannya laksana semilir dari celah-celah daun.  

Indahlah setiap ruang nurani dan rongga jiwa berhias melati pekerti dan rekah mawar pengertian. Seiring dinamika yang bergulir tetap pandai kendalikan amarah.

Mestinya kau mampu menjadi gerimis di tengah gersang dan jadi embun cerahkan wajah yang kekeringan. Niscaya hidup makin bermakna, bukan rekatkan lembayung pada senja.

Ahkirnya kini semua itu bagimu sudah menjadi mimpi siang. Sejak angkara membakar hatimu dan berkolusi pendengki. Apakah ada konsekuensi seandainya dia terkunci di balik jeruji, karena kau suruh bernyanyi nyaring sepahit kekesalanmu.

*****

Bekasi, 24/10/2020

#esawe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun