Kita tak pernah kehilangan cinta juga tak bisa menolak kehendak alamiahnya. Tetapi ada prerogatif di jiwa ini untuk berkeputusan. Sangat ekstrim keputusan itu pun boleh. Bahkan tidak dianjurkan pada posisi stagnan apalagi pasrah. Sementara energi yang dipunyai masih besar. Mampu membara bahkan berkobar, tetapi tak tahu cara menyalakkan tungkunya itu.
Di sini pentingnya berkelana arungi gelombang menjaring inspirasi di antara buih buih untuk mendapatkan pemantik. Apalagi kini dunia sudah ada pada genggaman masing-masing tangan. Sepanjang tidak pulas tertidur, meski minim bergerak dan sinyal tak diam menggapai impian. Nicaya kesuksesan lekas terhidang bagai kue pengantin terhidang di perhelaan akbar.
Dan yakinlah bulan tak akan memeluk sukma tetapi jiwa yang rajin merayunya. Seandainya tidak dapatkan cintanya kan peroleh sinarnya, dan inspirasi-inspirasi cantik merasuki jiwa. Perilaku yang indah menjadi dambaan semua. Berpagar rambu-rambu religi makin paripurna kita menjalani peradaban.
Akhirnya bunga-bunga kehidupan mekar gemerlap, berpayung langit biru dan mentari menghangati. Cinta kan terus bertumbuh di hamparan permadani dengan gemulai lembut dari cemara-cemara berseri. Semua ini dinikmati karena gapaian cita-cita yang tak kenal lelah dan pantang menyerah dari segala rintang para kusuma bangsa. Negeri pelangi ini berpesona megah menjadi mercusuar dunia dengan keelokan peribahasa dan budaya.
*****
 Bekasi, 230920.
##Slamet Arsa Wijaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI