Kejujuran bukan menghiba tuk dapat sesuatu dan dimengerti siapa saja. Tetapi kembang mekar yang semerbakkan wanginya tanpa diminta. Juga tak memberikan pada siapa pun. Biarkan langit mengabarkan, biarkan mega mega menawarkan, biarkan angin membisikan dan hujan yang mecerahkan. Karena keindahan bukan rekayasa tapi anugrah semesta.
Jika pengertian itu bibit kesetiaan, petiklah bunga dari tangkainya tak seperti kumbang. Memandang, mencium, menghisap sarinya lalu tak peduli. Terserah dia layu atau bahkan mati. Kesetiaan itu memerima apa adanya dan tak lagi ungkit riwayat yang pernah diceritakan. Jadi cintailah cinta sepenuh jiwa. Jangan memuja dia itu nafsu bermesiu rayu, jika pecah sengketa kan meganga. Â
Berkompetisilah sempurna, berhampar permadani, berpayung langit dan berpagar tepi lautan. Diamkan samudera bergelora di dada melabuhkan hasrat hasrat dalam dharma yang terbungkus rasa. Meski tanpa suara pesannya menggema, meski tanpa menatap auranya menjelma. Dialah yang bergerak dalam satu langkah ada cipta, karsa dan karya. Itulah kharisma.
Sayang kini yang terjadi, jauh dari tepi pantai tetapi buihnya yang menjilat jilat. Menggendong angin tanpa memikul air dan bergerobak retorika. Selebihnya akting, main klaim, mendiskreditkan dan fitnah. Nafas terengah engah dan berliur liur tawarkan mimpi dan obral janji.
*****
Bekasi 230920.
##Slamet Arsa Wijaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H