Mohon tunggu...
Slamet Arsa Wijaya
Slamet Arsa Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sedang berlatih mengaplikasikan kebenaran yang benar, ingin lepas juga dari ketergantungan kamuflase dan kecantikan berlipstik yang mendominasi di lingkungan kita. Sisi lainnya, ingin jadi diri sendiri dan wajib mencintai tanah air sepenuh hati dan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Ketika Lubang Waktu Belum Terenda Sepenuhnya

22 September 2020   07:12 Diperbarui: 22 September 2020   17:22 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi batas waktu. (sumber: pixabay.com/Pezibear)

Saat daun daun masih pulas berpeluk bening embun, sama hangatnya aku mendekapmu bantal guling. Bukan pelarian tak memelukmu bulan, hanya lubang waktu belum terenda sepenuhnya.

Semestinya kau menjadi air wudhuku. Dan aku menjadi sajadah yang menuntunmu tuk selalu sujud. Betapa indahnya langit fajar, disanalah pilar pilar cinta yang elok kita mekarkan. Teruslah susuri sudut sudut yang belum tentu berhias kembang.

Mungkin sama seperti senyumu sekejap nihil. Aku cukup mengerti tetapi dinamika ini tidak bisa diingkari. Genggam, direnungkan dan terus ajaklah diskusi. Kalau kau tahu percakapan itu pasti cemburu. Dengan siapa sedang senggama, tidak lain dengan jiwamu yang sedang jadi embun dan sukmaku yang menjadi uap air.

Maka memarahimu itu keliru karena kembang pagi kan layu. Tetaplah sanjung, karena selepas kabut kabut pergi yang tertinggal adalah kemilau mutiara yang dilahirkan mentari.

Atas ketabahanmu, kejora merasuk menjadi pahala atas zikir yang sepertiga malam itu. Menjelma jadi cahaya dan langkahpun tak tersandung prahara. Karena lebih dulu tersingkirkan oleh kencagnya pekerti.

Akhirnya langkah yang dilalui tetap berseri walau dalam taburan debu masalah. Karena kita telah ada dalam pelangi, berseri selalu terhujani derasnya kesabaran dan selembut ketabahan.

*****

Bekasi, 220920.
#Slamet Arsa Wijaya.#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun