Untuk anda yang pernah mengalami masa kanak-kanak atau remaja di tahun 1980 hingga 1990-an mungkin tidak asing dengan fasilitas umum yang satu ini. Kini hanya tinggal satu booth yang ada di Kota Sintang, padahal di periode 1980-1990an banyak terdapat di Kota Sintang khususnya di jalur-jalur yang banyak di lintasi masyarakat umum.
Wilayah-wilayah yang dulunya terdapat fasilitas ini di Kota Sintang seperti sepanjang Jl MT Haryono, Terminal Sungai Durian, Terminal Pasar Impres, kawasan Pasar Inpres, Bandara Susilo Sintang dan lokasi-lokasi lain yang menjadi pusat aktiffitas publik.
Sedikit bernostalgia, tentu kita ingat cara memanfaatkan telepo koin tersebut, cukup membawa koin pecahan Rp 100 atau Rp 50 yang kemudian kita masukkan ke tempat yang sudah disediakan.Â
Setelah itu kita baru bisa memanfaatkan dengan limit waktu yang sudah ditentukan oleh operator dalam hal ini Telkom, misalnya Rp 100 untuk lima menit dan sebagainya. Tentu dengan terlebih dahulu memasukkan nomor telepon yang kita tuju seperti telepon rumah pada umumnya.
Hanya saja, kekurangan telepon koin ini adalah kita harus rela mengantre jika ada orang lain yang sedang menggunakannya. Meskipun kita memerlukan telepon koin tersebut segera alias kondisi darurat.
Dari gambar yang saya ambil, sekilas tentu kita yang sehari-hari berada di Kota Sintang pernah melihatnya. Letaknya di Jl MT Haryono Km 3 tepatnya Depan Kompi Bantuan Sintang. Kondisinya sudah tidak bisa lagi disebut layak, karena fasilitas gagang telepon dan talinya pun tampak sudah lama hilang. Hanya tinggal both yang tampak masih baik meskipun sudah tertutup pepohonan.
Pada massa jayanya, tak hanya bisa untuk menghubungi orang, kita juga bisa menerima panggilan telepon dari orang lain karena memang setiap both telepon koin juga memiliki nomor kontak yang bisa dihubungi sehingga memudahkan jika penelepon awal sudah kehabisan koin.
Makin dipandang terpinggirkannya telepon koin ternyata diamini oleh masyarakat Sintang itu sendiri, Krismiyati (16) satu di antaranya. Siswi satu di antara sekolah negeri di Sintang tersebut mengaku keberadaan telepon koin tersebut tak lagi penting, alasannya karena kini sudah tersedia pengganti berupa handphone yang setiap orang bisa memiliki dengan mudah.
Tak cukup satu, satu orang bisa memiliki dua bahkan lebih telepon genggam, dengan variasi harga dari yang murah hingga yang mahal. "Satu orang saja bisa punya sampai tiga HP, untuk apa ada telepon koin," ujarnya enteng.
Terlebih, saat ini penggunaan koin tak seperti masyarakat di tahun-tahun tersebut. Saat ini menurutnya, hanya sedikit orang yang mau kesana kemari dengan menyelipkan koin.