Mohon tunggu...
Slamet Hariyadi
Slamet Hariyadi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Saya adalah seorang pemerhati pendidikan yang sangat menyukai pendidikan mutakhir di semua negara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

SMPN 2 Pesanggaran Tebar Pupuk "Sicuan"

8 September 2024   18:29 Diperbarui: 8 September 2024   18:53 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakasek sedang memantau siswa yang sedang mengaplikasikan pupuk Sicuan ke tanaman buah naga (dokumentasi pribadi)

Sejumlah duapuluh lima siswa SMPN 2 Pesanggaran melakukan tabur pupuk di lahan percobaan kebun buah naga sebagai kelanjutan dari program penelitian kolaborasi. Seperti yang diberitakan sebelumnya, SMPN 2 Pesanggaran berkesempatan menjadi mitra penelitian bersama Universitas Jember dan Universitas Islam Jember dalam mengembangkan pupuk alternatif spesialis buah naga. 

Pupuk yang berbahan dasar sampah rumah tangga dicampur dengan kotoran kambing, diramu dengan menggunakan bahan pemacu Bokashi.  Unsur pemacu ini telah diracik oleh Siti Roudlotul Hikamah. 

Sebagai peneliti utama,  Bu Ika demikian panggilan akrabnya telah banyak mengembangkan penelitian pupuk bokashi untuk tanaman-tanaman hortikultura seperti jagung, sawi, kubis dan sekarang buah naga. Misi dari penelitian ini tidak lain sebagai solusi terhadap langkanya pupuk dikalangan petani, terutama pupuk bersubsidi.

Sejak pagi siswa kelas IX berbondong-bondong memasuki lahan percobaan untuk menaburkan pupuk bokashi yang telah diberi nama oleh tim peneliti lainnya Slamet Hariyadi dengan istilah SICUAN. Akronim dari singkatan "Bokashi Pemacu Pertumbuhan". Pupuk ini benar-benar diolah dari bahan limbah yang diproduksi harian oleh masyarakat desa, yakni sampah dapur, sampah pasar, limbah sekam dan kotoran kambing. Sampah-sampah tersebut merupakan beban buangan yang kadang sulit ditempatkan karena produksi per harinya bisa mencapai 100kg/desa. 

Sementara kotoran kambing sering hanya dibuang percuma tanpa dioptimalkan sebagai bahan baku yang dapat memacu pertumbuhan. Dari kedua bahan tersebut, diberikan unsur pengekstrak yang mempercepat fermentasi yakni berupa cairan bokashi. Setelah dicampur dan diperam selama sebulan, jadilah pupuk Sicuan yang siap diaplikasikan di lahan tanaman.


Menurut Wakil Kepala Sekolah Suryanto, kegiatan ini sebagai bagian dari Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dimensi gotong royong, bernalar kritis dan kreatif. Fury S.C sebagai tim peneliti lainnya sangat berharap kegiatan P5 yang dimanisfestasikan dalam kegiatan penelitian kolaboratif ini mampu mencapai target belajar sekolah, mendidik siswa terampil dalam bertani, dan  dalam jangka panjang akan memberikan efek domino bagi masyarakat petani buah naga di Pesanggaran. 

Dengan kerjasama semua pihak, hasil karya bersama dari project ini akan dapat meningkatkan performansi sekolah, pengetahuan tambahan bagi siswa, dan memperkaya khazanah pengetahuan tentang zat pemacu pertumbuhan yang saat ini sangat dibutuhkan masyarakat petani desa. Dalam skala makro, hal ini akan memperkuat ketahanan pangan masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun