Kelangkaan pupuk subsidi atau mahalnya pupuk non-subsidi menjadi persoalan sendiri bagi petani. Sementara komoditi buah naga menjadi andalan bagi masyarakat Banyuwangi selatan. Hal ini memuncukan ide penelitian kolaboratif antara Universitas Jember (UNEJ) dan Universitas Islam Jember (UIJ) yang dipandegani oleh Dr. Siti Roudlotul Hikamah. Bu Ika, demikikan panggilan beliau, menginisiasi pupuk bokashi yang diformulasikan dengan memperkaya ingredient dari sampah rumah tangga dan kotoran kambing sebagai limbah ternak terbanyak di wilayah ini, untuk spesifikasi tanaman buah naga. Dalam implementasinya, Bu Ika menggandeng peneliti UNEJ, Dr. Slamet Hariyadi (Slahar) yang dalam pengembangannya berkolaborasi dengan SMPN 2 Pesanggaran Banyuwangi.
  Sebagai sekolah yang rutin melaksanakan Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5), sekolah menerima tawaran project pengembangan Bokashi sebagai wujud kontribusi sekolah dalam ikut berperan menyelesaikan persoalan di masyarakat. Bokashi yang dikembangkan merupakan unsur pengaktif dekomposisi campuran bahan alam untuk pupuk tanaman buah naga, suatu komoditi yang banyak ditanam oleh petani Pesanggaran. Menurut Pak Slahar, kerjasama dengan sekolah memberikan multiefek bagi masyarakat petani. Dengan keterampilan yang diberikan kepada anak-anak petani, secara langsung dan tidak langsung akan memberikan informasi kepada orang tua mereka, yang memberikan jaminan sustainability produk pertanian kedepannya. Diharapkan kelak hasil formulasi pupuk ini memberikan nilai tambah yang efektif bagi petani buah naga di seluruh wilayah Banyuwangi.
  Menurut Kepala Sekolah Abd. Kholik, M.Pd,  kegiatan semacam ini memang sangat ditunggu oleh sekolah dalam rangka mengimplementasikan pelaksanaan kegiatan P-5 bagi siswa yang selama ini sudah menerapkan Kurikulum Merdeka. Manfaat yang dirasakan tidak hanya berteori di kelas namun siswa langsung praktik proses pembuatan yang diaplikasikan di lahan milik sekolah.
  Sementara Wakil Kepala Sekolah Suryanto, M.Pd berpendapat kerjasama ini berdampak luar biasa pada siswa, guru, orang tua dan masyarakat sekitar. Siswa tidak hanya mendengar dan melihat proses pembuatan dari tim peneliti tapi praktik bersama dalam pembuatan pupuk bokashi yang dipandu oleh guru – guru IPA sehingga siswa dan guru bisa membuat pupuk sendiri. Dengan begitu kelangkaan dan mahalnya pupuk punya solusi yang dipertimbangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H