Siapa yang tidak kenal dengan Noval manusia paling eksis di fakultas, aku merupakan seorang mahasiswa di salah satu Universitas terbesar di kota Malang. Masalah tampang sih tidak ganteng-ganteng banget dan juga tidak jelek-jelek amat tapi yang beda dariku yaitu, aku selalu berusaha mengerti apa yang diinginkan oleh wanita, seperti halnya pribahasa “sentuhlah hatinya dengan lembut pasti kau akan mendapatkan segala” seperti halnya mahasiswa lain aku juga mempunya seorang teman dimana temen yang satu ini sangat spesial buatku. Pada saat ini aku merupakan seorang yang paling bahagia karena bisa punya teman yang sangat cantik namanya Maia, merupakan seorang mahasiswa kedokteran, semua temannya sangat berharap bisa dengkat dengannya syukur-syukur bisa menjadi pacarnya. Kebetulan kami masih satu kampus cuman beda fakultas aja. Semua orang yang kenal dengan aku dan maia menganggap kami adalah sepasang kekasih, karena dimana ada Maia pasti ada aku sebaliknya dimana ada aku pasti ada Maia. Aku merupakan satu-satunya teman cowok yang membuat Maia nyaman semua hal dia ceritakan padaku, entah mengapa hanya kepadaku Maia mau mencurahkan isi hatinya tentunya bukan masalah perasaan melainkan mengenai masalah-masalah yang menimpanya.
Setelah kurang lebih empat tahun dekat dengan Maia entah mengapa aku mulai merasa nyaman dan ingin sekali hal seperti ini berjalan selamanya. Berkali-kali aku mencoba untuk menolak pikiran-pikiran seperti itu yang muncul dari dalam benakku, tetapi semakin aku menghilangkan pikiran itu entah mengapa pikiran itu semakin datang mengahantuiku. Beberapa kali aku mencurahkan perasaanku kepada temanku yang selain, sekaligus meminta saran apa yang harus aku lakukan dengan perasaanku ini. Temanku yang satu ini namanya Imam, lumayan ganteng dan juga cukup dewasa menurutku mangkanya aku sering curhat masalah perasaan sama dia. Sore itu aku dan Imam sedang nongkrong di tempat biasa, seketika itu aku menceritakan secara singkat apa yang ada di dalam hatiku.
“Mam, lama kelamaan kayaknya aku mulai suka ya sama Maia” denga ekspresi wajah yang sedikit serius.
“Alah Val, jangan macem-macem dek kamu itu, kalian kan temenan udah lam” sambil menepuk pundak Noval.
“Nah, maka dari lama itu yang membuatku bisa tau karakteristik Maia” sambil senyum pede.
“Coba kamu pikirkan sekali lagi, apa Maia juga memiliki perasaan yang sama dengan kamu” “sebelum kamu mengambil resiko itu.
“Kalau belum dicoba kita kan belum tau hasilnya gimana Mam” sambil tangan menggenggam didada.
“Kalau aku sih sebagai teman ngikut aja” tambahnya.
“Nah, gitu dong” semangat mulai muncul dari dalam diriku.
“Trus kalo ternyata Maia tidak suka sama kamu gimana ? hahahaa” Imam mengejekku sambil tertawa.
Setelah percakapanku dengan Imam, aku tetap menyimpan perasaanku terhadap Maia, seperti hari-hari biasanya aku menemani kemanapuan dia pergi, mulai dari ke salon, shopping, dan lain sebagainya. Aku cuman bisa menyimpan perasaan ini dalam-dalam sampai saatnya nanti Maia akan tahu bagaimana perasaanku. Dua minggu kemudian aku kembali lagi nongkrong bareng Imam, sebenarnya setiap hari aku selalu ketemu dengan Imam cumin aku jarang sekali kalau curhat ditempat umum, alasanku karena tidak enak kedengar oleh temen-temen yang lain. Aku mulai menceritakan isi perasaanku yang semakin lama semakin menjadi-jadi terhadap Maia.