Mohon tunggu...
SLAMET SAPERI
SLAMET SAPERI Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta dan Blogger

Ingin Belajar Menulis dengan Baik dan Benar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kelas Pertamaku di Kampus

1 April 2018   13:37 Diperbarui: 1 April 2018   13:50 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih tepatnya tanggal, 25 Agustus 2013, pagi itu adalah kelas pertamaku bahkan mungkin bagi semua mahasiswa yang masuk di pagi itu. Cuaca sangat cerah pada waktu itu, secerah wajah-wajah baru dan berbagai senyum gembira yang menawan. Setelah semuanya memsuki ruang kelas kurang lebih 30 menit ternyata dosen belum juga kunjung datang, karena semuanya memang mahsiswa baru bingung dan hanya bisa terdiam saja di dalam kelas. Semua saling berkenalan satu samalain, biasa pertemuan pertama itu sangat menyenangkan dan penuh dengan semsasi, salah seorang dosen pernah berkata "yang paling penting itu pertemuan pertama, jika kita baik maka selamanya kita akan baik, sebaliknya jika kita jelek maka selamanya kita jelek". Kata-kata ini hanya berlaku untuk perilaku kita bukan untuk fisik kita.

Jika dibandingkan dengan teman-temannku yang lain aku mungkin yang paling jelek secara fisik, seperti biasa ada salah seorang teman yang selalu menarik perhatian atau ingin selalu mendominas. Semua sudut pandang benar tertuju padanya, tetapi dia tak sadar kalau hal-hal yang ia lakukan misalnya celometan, mempermalukan temannya. Padahal hal tersebut secara tidak langsung malah merendakan harga dirinya. Kebetulan aku adalah salah satu korbannya, aku hanya bisa tersenyum ketka aku di ejek, dihina, disoraki, semua itu aku aggap candaan semata walaupun terkadang ada yang menyakitnkan walaupun demikian aku seditpunmemiliki perasaan ingin membalasnya, karena jika aku membalasnya permasalahan akan tambah runyam dan tidak akan pernah terselesaikan.

Setelah kurang lebih 45 menit akhirnya dosenpun datang memasuki ruang kelas, setelah salam beliau langsung memperkenalkan diri dan kemudian kami diminta memperkenalkan diri satu persatau dengan menyebutkan nama lengkap dan kota asal. Seperti sebelumnya aku tetap menjadi target bullying[1] bahasa kerennya ketika aku memperkenalkan diri. 

Setelah semuanya selesai memperkenalkan diri, bilau bapak dosen bertanya apa sudah dibentuk ketua kelas/penanggung jawab kelas. Semua terdiam karena memang belum dibentuk, akhirnya teman yang menjadikanku target bullying mulai beraksi dan mempropokatori semua mahasiswa agar aku yang dijadikan ketua kelas, karena memang menurut kabar burung jadi ketua kelas itu berat.

Akhirnya semua suara berpihak padaku, dan akupun mulai saat itu diangkat menjadi ketua kelas, tetapi disisi lain aku sangat senang karena bagiku menajadi ketua kelas melatihku untuk bertanggung jawab aku menerima dan menjalaninya dengan senang hati. Alasan lain sebenarnya menajadi ketua kelas bagiku adalah hal yang mudah, karena sejak SMP sampai SMA aku tidak pernah absen menjadi seorang ketua kelas, jadi ketika menjadi mahasiswa lalu dipaksa menjadi ketua kelas menurutku mepukan hal yang biasa cuman memang beban tanggungjawabnya bertambah. 

Karena aku sudah terlanjur diberi amanah akhirnya aku melaksanakan sebaik mungkin, semua yang diinstruksikan oleh dosen aku lakukan dengan maksimal. Pada akhirnya semua teman-temanku percaya padaku, bukti dari kepercyaan itu adalah setiap semester aku tidak pernah absen menjadi ketua kelas. Cuman satu yang selalu aku pegang yaitu aku tidak pernah meminta tetapi jika diberi kesempatan maka aku melaksanakan sebaik mungkin.

By: SR

***

 [1] Bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatatan/kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang/kelompok (Sejiwa, 2008:2).

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun