“Iya, J asalnya dari mana ? sambil tersenyum, lalu aku tanya asalnya dari mana.
“Dari Surabaya, udah dulu ya aku mau kekantin” tanpa senyum dia langsung meninggalkanku.
Setelah perkenalan itu aku berusaha mendekatinya, walau tampang kurang begitu keren tetep lanjut saja. Aku berusaha perhatian kepadanya, setiap ada tugas aku selalu membantunya, tapi aku merasa Fida menanggapinya dengan biasa saja. Walaupun seperti itu aku tetap berusaha mendekati Fida, terkadang aku berfikitr “betapa malangnya nasibku ini” tetapi pikiran itu selalu aku buang jauh-jauh. Setelah pedekate kurang lebih dua bulan aku mempersiapkan diri untuk mengungkapkan perasaanku kepadanya. Malam yang aku tunggu-tunggu mulai tiba yaitu malam minggu, aku mengajak Fida keluar tentunya ketempat yang romantis menurutku, tepatnya jam 18.30 WIB aku menjemput Fida dengan sepeda motor bututku. Beberapa menit kemudian akhirnya sampailah pada tempat yang aku tuju, setelah memesan beberapa makanan mulai mengungkapnya isi hatiku kepada Fida.
“Fida, aku mau ngomong sesuatu sama kamu boleh?” basa-basiku.
“Iya, silahkan ngomong aja” nada suaranya yang lembut membuat hatiku semakin bergetar.
“Sesebenarnya aku suka sama kamu ?” dengan keringat yang membasahi tubuh aku berusaha mengungkapkan isi hatiku kepada Fida.
“Sebenarnya aku juga suka sama kamu, tapi aku tidak boleh pacaran sama orang tua” dengan wajah kelihatan ketakutan.
“Oww gitu” aku terdiam seketika itu.
“Kita temenan aja itu akan lebih baik” Fida memberikan stimulus, karena suasana tiba-tiba menjadi sunyi.
“Iya gpp” jawabku dengan nada sedikit kecewa.
Malam sudah larut, jarum jam sudah menunjukan pukul 21.00 WIB aku segera mungkin mengajak Fida pulang dan mengantarkan ke rumahnya, diperjalanan pulang banyak sekali pertanyaan yang muncul dari dalam benakku. Dengan hati yang sedikit kecewa dan mau tidak mau aku harus menerima kenyataan kalau Fida menolak cintaku, setelah kejadian itu hariku tetap berjalan seperti hari-hari biasanya yaitu banyak teman yang menghiburku ada juga teman yang menghinaku, hal seperti itu sudah biasa bagiku yang aku sayangkan bukanlah hal seperti itu melainkan tanpa seorang yang spesial.
Aku berusaha melupakan Fida dari dalam benakku dan berusaha kembali kepada prioritasku sebagai soerang pelajar di sekolah yaitu belajar, memang semua orang itu pasti memiliki keinginan untuk memiliki pasangan entah laki-laki maupun perempuan, seperti halnya yang dikemukakan oleh salah satu tokoh besar psikologi yaitu Freud yang mana manusia itu selalu membutuhkan kepuasan secara seksualitas (dalam Alwisol, 2013). Selama kepuasan itu belum terpenuhi maka seorang itu akan terus mencari dan mencari sampai pada akhirnya hal yang diinginkan itu terpenuhi/terpuaskan.