Mohon tunggu...
SLAMET SAPERI
SLAMET SAPERI Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta dan Blogger

Ingin Belajar Menulis dengan Baik dan Benar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keunikan dari Masyarakat Indonesia

10 April 2014   08:01 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:50 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masyarakat Indonesia memang unik. Dibandingkan dengan masyarakat di Asia Tenggara lainnya seperti (dalam urutan abjad) Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapura, Thailand, Vietnam, kita memang terlihat jauh Icbih maju di era tahun 1970-an sampai awal 1990-an, kecuali  dibandingkan dengan Singapurn. Akan tetapi sejak tahun  1997, ketika ekonomi kita ambruk diikuti dengan keterpurukan sosial dan akhir-akhir ini kegoncangan bencana alam dan bencana buatan manusia. Masyarakat kita lalu tampak jauh tertinggal terutama dari negeri jiran seperti Brunei Darussalam, Malaysia, dan dari dulu dengan Singapura. Kita didera oleh berbagai macam gejolak sosial seperti konflik antaretnik di Kalimantan dan Papua. Antar agama di Ambon dan Sulawesi, diskriminasi pada keturunan ras tertentu dan kekerasan terhadap mereka di akhir era Orde Baru di tahun 1998.

Selain itu kita mengalami bencana demi bencana baik yang berasal dari alam maupun akibat ulah manusia. Di akhir tahun 2004 Aceh, Nias, dan Sumatera Baral didera tsunami. Kemudian sebagian daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah diluluhlantakkan oleh gempa dan lelehan lahar Merapi, yang dulunya tidak membawa korban akhimya membawa 2 orang relawan terbakar di bungker, di bulan Mei 2006 sampai sekarnng. Lampung digunjang gempa, sebagian Sulawesi dan Kalimantan banjir Bali dibom, Jakarta dibom, Sebagian tempat di Bandung ter-kubur sampah,  sejak awal Juni 2006 sampai sekarang beberapa daerah di Jawa Timur tergenang lumpur panas karena keteledoran suatu perusahaan gas.

Uniknya meskipun mengalami berbagai macam cobaan berat dalam hidup mereka, masyarakat kita tetap dapat bertahan hidup dan justru memperlihatkan ketangguhan yang hebat. Mereka bangkit dan mulai menggalakkan gotong royong saling tolong menolong dalam kehancuran setelah bencana alam dan bencana akibat ulah manuusia. Memang tidak dipungkiri adanya sebagian masyarakat yang makin menderila karena berbagai bencana tersebut. Ada juga yang memperlihatkan kekerasan dengan merusak seperti kejadian di salah satu kecamatan di DIY. Masyarakat merusak kantor kccamatan disulut oleh perasaan diperlakukan tidak adil dalam pembagian dana bantuan yang dijanjikan oleh Wakil Presiden beberapa saat setelah adanya gempa dengan kekuatan 5.9 Skala Richter di DIY dan Jawa Tengah.

Uniknya lagi masyarakat kita sering menunggu datangnya “Ratu Adil”. Tiap kali ada pemimpin baru kita berharap banyak bahwa dia akan menjadi manusia supra yang dapat menyelesaikan berbagai masalah dengan segera. Ketika seorang presiden dipilih langsung oleh rakyat, masyarakat kita mengharapkan adanya perubahan total menuju pada perbaikan hidup masyarakat. Akan tetapi kenyataannya kita kecewa karena tidak ada gebrakan berarti menuju perubahan yang kita harapkan tersebut. Tiap presiden di Indonesia mempunyai tugas yang sangat berat untuk memimpin begitu banyak orang dengan berbagai macam tuntutannya. Semua ingin didengarkan. Kita lupa bahwa sebetulnya pemerintah adalah masyarakat itu sendiri karena kita memilih wakil kita di sana. Kenyataannya kita membuat pilahan antara masyarakat dan pemerintah, antara kita dan mereka. Untuk itu perlu adanya pendidikan yang tepat supaya kita dapat menjadi masyarakat madani yang tahu akan hak dan kewajiban kita.

Salah satu ciri khas kita adalah mudah tersinggung dan sakit hati. Kita begitu rapuh. Bukannya kita mengutarakan apa yang kita inginkan tapi begitu menjadi massa kita lalu melakukan kckerasan. Kita merusak apa yang kita punya. Kim belum mampu mengungkapkan dengan bahasa yang santun supaya kita didengarkan. Ibaratnya kita masih seperti anak kecil belum mampu berbahasa, mampunya menangis bergulung-gulung di lantai  karena kehendaknya tidak dipenuhi. Atau kita mengalami ketidakberdayaan terhadap keadaan yang kita anggap berkuasa lerhadap diri kita. Kita mengharap bahwa pemimpin akan bertindak seperti orang tua yang akan melindungi dan memenuhi kehendak anaknya. Kenyataannya tidak demikian. Pemimpin sendiri juga sarna. Iba-ratnya juga seperli anak kecil. Ia mudah tersinggung apabila dia dicela dalam tindakannya. Terkesan bahwa semua ada alasannya yang seolah-olah masuk akal. Tetapi sesungguhnya setelah dipikir kembali alasan tersebut sering tidak masuk akal. Ibaratnya ia seperti diserang dan ia bertahan dengan segala macam alasannya tersebut.  Contoh terbaru  yaitu Wakil Presiden kita menyatakan bahwa pariwisata seks didukung terutama untuk wisatawan negara-negara tertentu, yang ditolak berkunjung ke negara tertentu karena adanya peristiwa 11 September 2001, akan mengawini sementara perempuan lajang maupun janda supaya anak-anak mereka memperoleh gen yang lebih  baik. Kelurunan mereka dapat menjadi bintang sinctron. Katanya ia  hanya bergurau. Gumuan yang sangat tidak pada tempatnya.

Dari keunikan tersebut, seperti apakah peran pernimpin yang diharapkan? Dapatkah pendidikan dan pelatihan kerja menghasilkan pemimpin yang diharapkan tersebut? Tujuan tulisan ini akan menyoroti peran pemimpin berdasarkan perkembangan kematangan psikologis masyarakat. Pemikiran ini berdasarkan pengamatan, pengalarnan, dan pemikiran penulis tentang hal-hal tersebut.

Sumber

Jurnal Dinamika Masyarakat (Johana E. Prawitasari)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun