Mohon tunggu...
Muhammad Zaki
Muhammad Zaki Mohon Tunggu... Lainnya - Guru | Pecinta Sejarah

Jangan biarkan dirimu menderita dua penyakit. Pertama rabun membaca dan kedua lumpuh menulis. Ingatlah selalu pesan Al-Ghazali "Jika engkau bukan anak raja/ustadz maka menulislah". \r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kerinduan Para Penyanyi, Penari Boy/Girlband (Dalam Kajian Budaya)

20 Oktober 2011   02:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:44 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kerinduan Para Penyanyi & Penari adalah sebuah rasa yang ingin diungkapkan mereka yang tengah gembira menemukan ideologi yang sama untuk dikenalkan kembali, mereka serasa mendapatkan tempat. Pernahkan anda berpikir bahwa pertama kali kebudayaan populer itu dipopulerkan oleh orang-orang yang sudah terbiasa dengan tekhnologi, orang-orang yang hidup dikota yang notabennya tingkat kemajuan tekhnologi sudah menjadi-jadi? Tranformasi radikal yang dikaitkan dengan bangkitnya jenis produksi industri mekanis dan berskala besar semakin banyak pertumbuhan bangunan2 kota. Dimana orang semakin banyak yang berkerja dan tinggal disana dikatakan telah mengikis struktur sosial yang pernah cemerlang di Indonesia mupun struktur nilai yang pernah dipertahankan.

Ditengah keanehan struktur yang mewarnai tranformasi tersebut maka orang-orang yang hidup disana akan mudah di atomisasi menjadi massa yang benar terkendali oleh elit kapitalism. DItengah jenuhnya industri musik di Indonesi mereka serasa mendapatkan rindu yang sepadan dengan apa yang dia inginkan, apa yang dulu mereka kagumi sekarang bisa mereka rasakan dan diputar balikan jadi mereka yang dikagumi. Terlepas dari itu mengapa mereka tidak ingin merindukan hal-hal seni kebudayaan lokal didaerahnya masing-masing? Mengapa harus boyband, girlband yang menjamur? apakah ada berkat kehendak yang menginginkan dan media massa yang menjadi perantara komunikasi ideologi mereka.

Jawabannya simple aja karena secara tidak langsung kebudayaan seni yang tidak mendapatkan penghasilan uang akan semakin sempit untuk berkreasi, meskipun masih ada namun hanya sampai kepada biasa saja. Kebudayaan populer itu telah dinodai dengan ideologi yang menginginkan keuntungan penuh dar nilah lebih, nilai tukar. (Strinarti)

Kerinduan Para Penyanyi & Penari adalah suatu bentuk kesalahan fatal yang harus dibenahi, bukan saja akan terus menyebar melainkan akan mempersempit laju kebudayaan lokal yang notabennya tidak menghasilkan uang. Masih segar dalam ingatan kita ketika bahasa alay menjamur di Indonesia, saya mempunyai asumsi bahwa bahasa tersebut awalnya adalah dari orang-orang kelas atas saja, namun dengan media komunikasi bahasa tersebut mulai menyebar kedalam perkampungan dan mendapat tempat yang nyaman bagi orang-orang kampung. Disaat kita harus membenahi bahasa ibu dan bahasa negara kita, sesuatu yang aneh datang dan diterima dengan baik.

Aku takut kalau suatu saat kerinduan tersebut akan menyebar seperti layaknya diatas, kerinduan para penyanyi & penari itu harus dibatasi oleh mereka, karena kalau mereka terus menerus menyebarkannya maka jangan salahkan aku bahwa mereka tidak lain sebatas tentara-tentara bawahan yang dikomandoi oleh orang fasis.

Barangkali aku tidak menutup kemudian untuk kalian berkomentar bebas didalam artikel ini, semoga apa yang aku tuliskan disini membuka keingintahuan kalian perihal kebudayaan populer...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun