Mohon tunggu...
Sutanto Kosasi
Sutanto Kosasi Mohon Tunggu... Guru - Teacher

To infinity and beyond...

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bisakah Vaksin Covid-19 Dihasilkan dari Kelelawar atau Trenggiling?

31 Maret 2020   07:54 Diperbarui: 31 Maret 2020   08:42 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Satu perbandingan yang serupa adalah tentang pembuatan antivenom ular. Prakteknya adalah bisa/racun ular dalam dosis kecil disuntikkan ke tubuh kuda/domba dan menunggu kuda/domba tersebut mengembangkan antibodinya untuk melawan bisa/racun ular yang biasanya memakan waktu beberapa hari (wikipedia.org).  

Setelah antibodi terbentuk, maka plasma darahnya “dipanen” dan dipurifikasi untuk dijadikan serum antivenom. Pertanyaanya adalah: Karena ular bisa menciptakan antibodi untuk menangkal racunnya sendiri (apabila masuk ke sirkulasi darahnya), lalu kenapa harus repot menyuntik kuda/domba dengan racun, menunggu mereka menghasilkan antibodi, lalu “memanen” antibodinya untuk dibuat serum antivenom? Tidak bisakah antibodi dipanen langsung dari ular yang bersangkutan?

Begitu jugalah pertanyaan yang terus menghiasi pikiran saya: Apabila virus COVID-19 memang berasal dari kelelawar atau trenggiling (nature.com), tidak bisakah para ilmuwan membuat vaksin langsung dari antibodi kedua hewan tersebut? Sayang sekali pertanyaan ini tidak bisa terjawab. Saya pikir, memang tak ada ilmuwan yang tertarik dengan ide “memanen” antibodi dari hewan inang COVID-19 untuk dijadikan vaksin.

Walau begitu, saya positive thinking aja sih. Mudah-mudahan ada ilmuwan (terutama ilmuwan Indonesia) yang terpikirkan untuk menerapkan metode ini, jadi jangan hanya kedengaran orang Indonesia cuma tahu menganjurkan hal-hal yang tidak ada bukti ilmiahnya untuk menangkal virus COVID-19, semisal minum air jahe, kunyit, atau air garam. Yang benar aja dong. 

Sampai titik ini, apapun itu opsinya, entah itu “menggunakan plasma darah pasien yang telah sembuh”, “menghasilkan vaksin dari virus yang telah dimatikan atau dilemahkan”, atau “memanen langsung dari hewan inang”, semuanya harus dipertimbangkan. Tidak boleh ada penundaan lagi. Mudah-mudahan para ilmuwan segera unjuk gigi dengan menghasilkan sesuatu yang mampu menangkal virus COVID-19, dan mudah-mudahan lagi ilmuwan-ilmuwan yang akhirnya menemukan vaksin atau obat anti virus COVID-19 berasal dari Indonesia.

Sekian dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun