Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sepak Bola, Mencerdaskan Rakyat Indonesia?

14 Januari 2025   21:26 Diperbarui: 14 Januari 2025   21:26 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Terkait contoh pendidikan yang salah ini, selain mendapat respon negatif dari rakyat Indonesia yang "tidak buta dan tuli", juga direspon negatif oleh berbagai pihak di manca negara,  ternyata tetap pihak "yang egois dan ambisius itu", tidak menyadari telah memberikan contoh pendidikan yang salah. Pemain yang melawan/menentang/mengatur pelatih, justru dibela. Pembelaan ini sama dengan membenarkan perbuatan yang salah.

Bila Ketua Umum PSSI saja, lebih membela dan membenarkan pemain yang melawan/menentang/mengatur pelatih, bagaimana para pelatih sepak bola akar rumput dapat menjelaskan kepada anak-anak terkait hal ini?

Bila selama ini, ada beberapa manusia Indonesia yang mengaku pengamat sepak bola, padahal mantan pemain bukan, pelatih bukan, punya klub juga tidak, menjadikan media dan medsos tempat mencari makan, dengan terus "mengoceh" hal-hal terkait pelatih Timnas, bahkan saat pelatihnya sudah dipecat pun masih "mengoceh", bagi saya, itu adalah contoh segelintir rakyat Indonesia yang gagal dalam pendidikan karakter dan numpang makan dari sepak bola. Jauh dari berbudi pekerti luhur dan rendah hati. Media massa dan medsos pun memanfaatkan "kebodohan" manusia ini untuk numpang mengais rezeki.

Kontrak beretika, bermoral

Dipahami dan dimahfumi bahwa sebuah kontrak pekerjaan, apa pun bidangnya, akan ada yang mulus sampai perjanjian usai. Ada yang putus di tengah jalan.

Sebuah kontrak pekerjaan yang berjalan mulus sampai ujung perjanjian, ini mencerminkan yang memberi kontrak dan yang dikontrak, sama-sama menjalankan perjanjian kinerja dengan benar dan baik, penuh etika dan moral.

Namun, kontrak perjanjian yang diputus di tengah jalan, tentu sebabnya ada hal yang tidak benar dan tidak baik. Tetapi, bagaimana cara memutus kontraknya? Ini akan tergantung dari etika dan moral. Sebagian besar masyarakat menyebut ada adabnya, yaitu norma atau aturan sopan santun yang didasarkan pada agama, dan berkaitan erat dengan akhlak atau perilaku terpuji.

Sungguh sangat disesalkan sepak bola sebagai olahraga rakyat, pemimpinnya malah memberikan contoh pendidikan adab yang buruk. Adab yang buruk ini, sampai detik ini, bahkan belum ada tanda-tanda yang bersangkutan memohon maaf khususnya kepada pelatih yang dipecat. Umumnya belum meminta maaf kepada rakyat Indonesia atas sikapnya yang tidak beradab. Tetapi malah sibuk mencari pembenaran.

Maaf, sampai detik ini, saya masih menunggu kata maaf itu. Tapi apa mungkin, karena pikiran dan hatinya sudah dipenuhi "ambisi".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun