Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola

Memetik Pelajaran: Cara Memecat STy, Patutkah Dicontoh?

7 Januari 2025   22:37 Diperbarui: 8 Januari 2025   18:00 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada pelajaran yang wajib dipetik dan diperhatikan oleh rakyat Indonesia dari kasus pemecatan STy. Sebab, bangsa ini masih dikenal sebagai bangsa yang beradab. Tahu sopan-santun. Selalu menjunjung tinggi etika dan moral.

Pelajaran itu adalah jangan dicontoh cara PSSI (Erick Thohir) memecat Shin Tae-yong (STy) yang di mata publik sepak bola Indonesia dan manca negara tergolong tidak sopan. Tidak etis. Tidak tahu berterima kasih. Tidak tahu bersyukur.

Tidak rendah hati

Pasalnya, STy dipecat, surat pemecatan bahkan dikirim ibaratnya melalui kurir. Kurirnya manajer Timnas. Beretika dan bermoralkah PSSI dan Ketua Umumnya? Bila melihat apa yang sudah diperbuat oleh STy untuk sepak bola Indonesia.

Dari cara memecatnya saja sudah tidak sopan. Lalu, alasan pemecatannya juga menunjukan aib diri sendiri. Bila PSSI sudah tahu kelemahan STy  yang dijadikan alasan untuk memecat, seharusnya PSSI melakukan pembenahan terhadap kelemahan STy, bila ingin STy menjadi tidak lemah dalam hal yang dianggap lemah. Saling mengisi dan saling mengingatkan. Saling memberi masukan untuk perbaikan dan kebaikan bersama.

Pelatih juga manusia. Yang pasti punya kelemahan dan berbuat salah. Pemberi kontrak juga manusia. Karenanya,  jalinan kerjasama yang benar dan baik, pasti selalu terjalin dalam komunikasi yang sehat dalam segala hal.

Di situlah sejatinya nilai-nilai yang benar dan baik dalam jalinan kontrak kerjasama. Bukan kerjasana, kerjasini, atau kerja sendiri-sendiri. Bila pemberi kontrak besar kepala, tidak rendah hati, ya, itulah yang terjadi.

Jadi, bila hingga detik ini, publik masih banyak yang membahas cara Erick memecat STy yang jauh dari sopan-santun, jauh dari etika, dan moral, jauh dari rasa terima kasih dan rasa syukur, tidak rendah hati, hanya mengirim surat pemecatan melalui kurir, kurirnya manajer Timnas, siapakah yang jadi panutan Erick dalam hal itu? Padahal STy  datang karena diundang, dijemput, dikontrak. Tetapi dipulangkan dengan tidak sopan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun