Hasil Konferensi Pers (konpres) PSSI, Senin 6 Januari 2025 pukul 12.00 WIB, PSSI melalui Ketua Umumnya, Erick Thohir, memutuskan memecat Shin Tae -yong (STy). Bila keputusan memecat STy dilakukan secara resmi oleh Ketua Umumnya, bahkan di depan para awak media, maka ini adalah berwibawa.
Tetapi saya sedih, saat saya menulis ada Exco PSSI yang mendahului organisasi bahkan ketuanya, kemudian mengumbar kegaduhan di medsos, sudah mengabarkan informasi yang menyiratkan STy dipecat, kok katanya artikel saya mendiskreditkan kata media ini.
Di mana letak mendiskreditkannya? Exco itu sendiri yang menyebar berita. Dan seharusnya secara etika dan moral, Ketua PSSI yang memberikan informasi/berita resmi.
Jadi, saya kecewa kepada media ini, karena malah tidak tahu mana yang objektif dan edukatif. Mana yang mendiskreditkan. Mana yang beretika dan bermoral.
Saya hanya bermaksud memberi masukan, bila di sebuah organisasi, jangan bertindak sendiri-sendiri. Ada aturannya. Bukan membuat hal-hal yang malah merendahkan diri dan organisasi.
Hak PSSI
Terkait pemecatan STy sendiri, saya sebagai pengamat pendidikan nasional dan sepak bola nasional, hanya bisa mendukung yang terbaik. Tetapi mengecam perilaku Exco yang suka mendahului.
Apa pun alasan pertimbangan PSSI dalam kasus pemecatan STy, itu hak PSSI. Namun, saya bangga saat ada awak media yang bertanya apakah pemecatan STy karena ada tekanan dari mafia dan pihak lain?
Erick menjawab bahwa itu tidak benar. Sebab, dirinya adalah pribadi yang tidak dapat ditekan.
Keputusan tepat?
Terlepas dari itu semua, pemecatan STy, menurut saya adalah keputusan yang disayangkan. Sebab, sudah banyak fakta, pergantian pelatih, khususnya di Kualifikasi Piala Dunia ini, tetap gagal.