Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Pribadi yang Realistis dan Rasional, Sulit?

23 Desember 2024   23:29 Diperbarui: 24 Desember 2024   00:01 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Refleksi 2024 (2)

Sudahkah Menjadi Pribadi yang Realistis dan Rasional?

Dalam kehidupan nyata, banyak hal yang tidak realiatis dan tidak rasional harus tetap kita lakukan, karena faktanya ada orang lain/pihak lain, secara realistis dan rasional, tetap membutuhkan bantuan.

(Supartono JW.24122024)

Sepanjang tahun 2024, apakah saya sudah menjadi manusia yang realistis? Sampai artikel ini saya tulis, saat pertanyaan saya tujukan kepada diri saya sendiri. Jawabannya, ada hal tidak realistis yang masih saya kerjakan. Meski membuat diri saya kesulitan, tetapi terus berupaya membantu agar orang lain yang "kesulitan", terbantu.

Rasional?

Saat orang-orang yang sudah memiliki kepastian, semisal ada pekerjaan tetap, ada gaji setiap bulan. Bahkan ada pendapatan tambahan dari hal lain yang halal, maka dipastikan, seharusnya mereka adalah golongan orang-orang yang memiliki sikap optimis dalam menjalani kehidupan di dunia. Pasalnya, bagaimana pun, untuk menjalani kehidupan, butuh uang.

Sayang, banyak orang/rakyat khususnya di +62, meski punya pekerjaan tetap dan ada gaji setiap bulan, demi menopang kehidupan pribadi dan keluarga, nyatanya berharap dari gaji, tidak cukup. Lebih besar pasak daripada tiang.

Bagaimana dengan rakyat yang tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki gaji harian/mingguan/bulanan? Tentu menjalani kehidupan akan lebih kesulitan.

Namun, adanya fakta yang demikian, tetap saja ada orang-orang yang bertindak dalam kehidupan, tidak rasional. Tidak realistis. Bahkan ada yang  tetap menggunakan cara pandang percaya kepada keajaiban. Hidup selalu ada harapan. Hidup harus optimis. Tetapi tindakan dan perbuatannya, "tiba saat, tiba akal". Tidak mau melihat kenyataan. Tidak objektif. Bahkan ada yang malah tetap bergaya hedon, sombong, bak orang kaya baru (OKB). Tetapi, fakta kondisi dirinya tidak seperti yang ditampilkan dalam panggung kehidupan.

Atas kisah tersebut, maka apakah sepanjang tahun 2024, kita tergolong manusia yang tidak realistis, tidak rasional, dalam menjalani kehidupan? Masing-masing dari kita, tentu dapat menjawabnya sendiri, meski orang lain/pihak lain pun, menjadi saksi apakah kita sudah menjadi orang yang realistis atau rasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun